In Memoriam KH Basori Alwi, Kiai Legendaris Pejuang Al-Quran (1)
KH Muhammad Basori Alwi, Pendiri Pondok Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di tengah masyarakat, ia dikenal sebagai Ustadz Basori Alwi, karena ketekunannya menjadi Guru (Ustadz) yang mengajarkan ilmu Al-Quran.
Di tengah masyarakat, ia bergulat mengajarkan ilmu-ilmu Al-Quran, hingga namanya pun harum. Nama Kiai Basori Alwi melegenda di hati umat Islam, di Jawa Timur secara luas. Semasa hidup KH Abdul Muchith Muzadi, almaghfurlah, pernah berpesan untuknya: Li kulli syai’in zakaatun, wa zakaatul ilmi at-ta’liim. (Segala sesuatu ada zakatnya, dan zakat ilmu adalah mengajar).
Pesan itulah yang dijalaninya hingga Kiai Basori Alwi mengembuskan nafas terakhir pada Senin, 23 Maret 2020, pukul 15.00 WIB. Sebelum mengembuskan nafas terakhir, dalam usia 95 tahum Kiai Basori Alwi mengalami masa kritis dan menjalani perawatan karena sakit jantung.
Menurut KH Luthfi Bashori, seorang putranya, selama ini Kiai Basori Alwi dirawat dr Emiral Muhammad, cucunya sendiri di rumahnya di Kompleks Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari Malang.
"Mudah-mudahan, beliau dipilihkan oleh Allah yang terbaik," sambung Luthfi Basori, yang ketua MUI Kabupaten Malang, sesaat sebelum ayahandanya wafat.
Jenazah almarhum langsung disucikan bakda Maghrib ini. Menurut rencana, sebelum dimakamkan di Kompleks Makam YPIQ Dengkol Singosari, almarhum dishalati terlebih dahulu di Masjid Hizbullah, Singosari, Selasa 24 Maret 2020, sekitar pukul 12.00 WIB, usai Dhuhur.
Kiai Basori Alwi dikenal sebagai pengajar Ilmu-ilmu Al-Quran. Sejumlah lembaga pendidikan Islam di Surabaya, tak lepas dari tangan ilmunya hingga pelajaran Al-Quran berkembang luas. Seperti di sekolah-sekolah di lingkungan Lembaga Pendidikan Khadijah Surabaya, dan Yayasan Ta'miriyah Surabaya.
Kesehatan Kiai Basori Alwi terus menurun, setelah ditinggal isterinya, Nyai Hj Qomariyah, yang meninggal dunia dalam usia 80 tahun, pada 22 Desember 2017. sekitar pukul 05.40 WIB di kediamannya, Jalan Raya No 107 Pagentan, Singosari.
Biografi Singkat
Muhammad Basori Alwi Murtadlo. Lahir di Singosari, 15 April 1927 dari pasangan bahagia, Kiai Alwi Murtadlo dan Nyai Riwati. Sejak kecil, beliau belajar Al-Qur’an pada ayahnya, Kiai Murtadlo. Lantas berguru kepada Kiai Muhith, seorang penghafal Al-Qur’an dari Pesantren Sidogiri (Pasuruan) lalu kepada kakak kandung beliau, Kiai Abdus Salam.
Kiai Basori Alwi pun belajar kepada Kiai Yasin Thoyyib (Singosari), Kiai Dasuqi (Singosari) dan Kiai Abdul Rosyid (Palembang). Sewaktu tinggal di Solo pada tahun 1946-1949, beliau sempat belajar di Madrasah Aliyah dan mondok di Ponpes Salafiyah Solo. Bahkan, ketika sudah berkeluarga dan tinggal di Gresik, beliau masih menyempatkan diri untuk mengaji kepada Kiai Abdul Karim. Adapun lagu-lagu Al-Quran beliau peroleh dari Kiai Damanhuri (Malang) dan Kiai Raden Salimin (Yogya). Selanjutnya, beliau memperdalam lagu Al-Qur’an melalui kaset rekaman para qari’ Mesir, khususnya Syaikh Shiddiq Al-Minsyawi.
Ustadz Basori Alwi, demikian singkat orang banyak memanggilnya. Hingga mengembuskan nafas terakhir, Kiai Basori Alwi sudah lanjut, 95 tahun. Tak banyak orang memanggilnya, Kiai Basori. Entah apa sebabnya. Mungkin karena terkait dengan keahlian ustadz dalam melagukan Al-Qur’an. Sebab, pelantun Al-Qur’an biasanya dipanggil ustadz.
Apalagi, hingga akhir hayatnya, Ustadz Basori masih berkiprah di Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) tingkat Nasional dalam Dewan Hakim. Atau mungkin, kata “Ustadz” yang menurut Al-Khuli, diartikan “Profesor”, sehingga memang pas bila gelar “Profesor” di bidang pembelajaran Al-Qur’an, disematkan pada diri Kiai Basori Alwi sebagai ulama ahli Al-Qur’an yang berpengaruh di dalam maupun luar negeri. (Bersambung)
Berikut di antara video dakwah KH Basori Alwi yang sempat terdokumentasi: