In Memoriam Errol Jonathans: Jurnalis Never Die
Semua kerabat dan teman dekat Mas Errol Jonathansterhentak kaget, dengan berita duka yang mengabarkan Mas Errol meninggal dunia. Tidak menyangka Mas Errol secepat itu meninggalkan kami untuk selamanya.
Kamis 13 Mei 2021 masih menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri, kepada saya sekeluarga, seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena pada saat itu bersamaan dengan Kenaikan Isa Almasih, saya pun membalasnya sambil mengucapkan selamat merayakan kenaikan Isa Almasih. Saya tahu Mas Errol adalah seorang katolik yang taat.
Beberapa hari kemudian saya mendapat kabar Mas Errol dirawat di RS Undaan karena mengalami radang mata. Selasa 25 Mei 2021 sekitar pukul 12.05 reporter SS di Jakarta Faried Kusuma menyampaikan berita duka bahwa Mas Errol meninggal dunia.
Untuk meyakinkan berita itu saya kemudian menghubungi Aini penyiar SS, ia membenarkan Mas Errol meninggal di RS Husada Utama pada pukul 11.06. Innallahi wainna ilaihi rojiun. Dari lubuk hati yang dalam saya mengakui, Mas Errol adalah sahabat, guru dan teman kerja yang baik.
Saya mengenal sosok Mas Errol sejak masih menjadi wartawan Pos Kota, yg berkantor di Jalan Bubutan. Kalau saya mampir di kantornya, sering melihat Mas Errol membaca koran sambil membawa notes kecil untuk mencatat isu yang menarik dari koran yang dibaca, untuk dikembangkan.
Saat itu saya masih menjadi wartawan Memorandum dan tidak punya bayangan kalau Mas Errol akan menjadi pimpinan saya.
Sekitar 15 tahun kemudian, saya bergabung dengan Radio Suara Surabaya setelah meninggalkan Surabaya Post dan Harian Surya. Berkat rekomendasi dari Mas Errol pula saya bisa diterima di SS tanpa melalui presedur yang rumit. Meski saya berangkat dari titik nol, tidak punya latar belakang jurnalis radio.
Selama 18 tahun menjadi reporter SS di Istana Negara, banyak pelajaran jurnalistik yang saya serap dari Mas Errol, juga soal moral dan etika menghadapi narasumber. "Narasumber itu juga manusia harus dihormati, jangan dumeh wartawan terus semaunya sendiri," pesan Mas Errol kala itu.
Terhadap anak buahnya, Mas Errol juga sangat menghargai. Sebagai direktur utama sebenarnya punya kekuasaan untuk membuat kebijakan, tapi kesempatan itu nyaris tak pernah dipergunakan. Ia lebih sering wait and see.
Alasannya sederhana untuk menghindari konflik internal, meski merasa terkurung, dan semakin dirasakan sepeninggal pendiri dan owner SS Pak Toyo almarhum. Semuanya ini ia jalani dengan sabar sampai akhir hayatnya.
Saya memasuki pensiun di SS setelah mengabdi selama 18 tahun, tepatnya pada 7 Oktober 2018. Dalam upacara perpisahan oleh Mas Errol saya dinyatakan lulus. "Wartawan tak penah mati. Jurnalis never die. Sekarang Mas Jose sudah lulus di SS, tapi kesempatan bekerja di ladang yang lain masih terbuka lebar."
Pernyataan Mas Errol itu benar. Selang satu hari kemudian beberapa media mengajak saya bergabung, termasuk Ngopibareng.id dan sebuah radio di Jakarta. Ketika saya diskusikan dengan Mas Errol, saya disarakan bergabung dengan Ngopibareng.id, bersama Pak Arif Afandi dan Cak Anis. Mereka penulis handal dan profesional, itu alasan Mas Errol.
Selama 18 tahun berkiprah di Radio Suara Surabaya, saya merasakan SS hadir sebagai suluh penerang dan menegakkan akal sehat publik. Tanpa mengecilkan peran pendiri dan awak Suara Surabaya lainnya, derap SS selama ini tentu tak bisa lepas dari sosok Errol Jonathans.
Begitulah sosok Mas Errol yang saya kenal selama ini, selalu lugas dan bernas. Tetapi tetap santun dan menjunjung tinggi etika.
Konsistensi dan kedisiplinan beliau menjadi teladan tersendiri, khususnya bagi para mitra kerja maupun jajaran SS. Kata terakhir ini sungguh dimaknai dan dihidupinya hingga akhir.
Semoga kawan-kawan SS tetap tabah, tawakal, dan tegar menyikapi kehilangan yang amat memilukan ini di tengah suasana menyambut hari ulang tahun ke-38 Radio Suara Surabaya.
Besar harapan saya, sepak-terjang SS kian berkibar, kian konsisten menjaga keadaban akal sehat di tengah makin banalnya nalar.
Semoga kawan-kawan SS tetap konsisten menegakkan kecerdasan kolektif masyarakat walau tak lagi didampingi sang guru dan pemimpinnya yang berpulang.
Segenap legacy Mas Errol mesti kita jaga. Kita tumbuh-kembangkan bagi kemashalatan publik. Tak hanya di Surabaya sekitarnya, mungkin bagi bumi pertiwi Indonesia juga.
Sampai saat ini ucapan bela sungkawa atas kepergian Mas Errol terus mengalir bagai air disertai pujian atas kebaikan dan rendah hatinya selama ini.
Selamat jalan Mas Errol.
Advertisement