Imron Minta Dipanggil Qulhu, Anekdot Gus Ipul
H Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur, di antara tokoh yang menyimpan khazanah humor santri. Ia pun kerap larut dalam anekdot, kejadian langsung, dengan lelucon yang memang akrab dengan kaum santri.
Berikut di antaranya:
Ada tiga orang pemuda mau berguru kepada seorang kiai. Mereka pergi ke pesantren untuk menemui Sang Kiai. Pemuda pertama dipanggil oleh Sang Kiai dan ditanya siapa namanya.
’’Saya Anas, Pak Kiai,’’ kata si pemuda.
’’Kalau begitu, sesuai dengan namamu, coba bacakan surat An-Nas,’’ kata Pak Kiai.
Surat An-Nas adalah surat yang pendek dan kebanyakan orang sudah hafal. Dengan mudah, si pemuda membacakan surat yang diminta Pak Kiai.
Pemuda kedua dipanggil dan ditanya siapa namanya. ’’Saya Dhuha, Pak Kiai,’’ kata si pemuda.
Seperti permintaan kepada pemuda pertama, Sang Kiai meminta si pemuda membacakan surat Dhuha, sesuai dengan nama pemuda itu. Si pemuda membacakan surat Dhuha dengan lancar.
Selama si pemuda kedua membaca surat yang diminta oleh Pak Kiai, pemuda ketiga merasa cemas dan tubuhnya gemetar. Wajahnya menampakkan kegelisahan yang luar biasa. Dia bernama Imron dan dia tidak akan sanggup jika Pak Kiai memintanya membaca surat Ali Imron. Itu surat yang sangat panjang dan dia tidak hafal surat itu.
Tetapi, bagaimanapun, dia tetap harus menghadapi giliran. Sang Kiai memanggil dia begitu Dhuha selesai membaca.
Seperti kepada dua pemuda sebelumnya, Pak Kiai menanyakan nama pemuda ketiga.
’’Saya Imron, Pak Kiai,’’ kata si pemuda, ’’tapi biasa dipanggil Qulhu.’’
Kita tahu, Qulhu adalah sebutan lain untuk surat Al-Ikhlas yang sangat pendek, hanya empat ayat dan setiap orang bisa menghafal dengan mudah. (adi)
’’Saya Imron, Pak Kiai,’’ kata si pemuda, ’’tapi biasa dipanggil Qulhu.’’