Imbas Invasi Rusia, Niat Abramovich Jual Chelsea Ditolak Inggris
Drama penjualan Chelsea masuki babak baru. Pemerintah Inggris berencana memberi sanksi kepada Roman Abramovich dan membekukan asetnya.
Roman Abramovich telah mengonfirmasi akan menjual Chelsea. Namun, keadaan sekarang kian rumit karena pemerintah Inggris berencana untuk memberi sang taipan Rusia sanksi plus membekukan aset yang dimilikinya di tanah Britania Raya.
Keputusan Abramovich melepas Chelsea didasari akibat invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina. Perang kedua negara ini memicu reaksi dari pemerintah Inggris, yang dilaporkan akan menjatuhkan sanksi berat pada sang taipan Rusia.
Abramovich, yang mengakuisisi Chelsea pada 2003 silam, telah mempersembahkan 19 trofi mayor. Dia mengakui, hasil penjualan Chelsea nantinya akan dialokasikan kepada yayasan amal untuk membantu para korban perang di Ukraina.
Pria 55 tahun itu menegaskan, niatnya menjual Chelsea tidak berkaitan dengan presiden Rusia Vladimir Putin. Sang taipan membantah jika dirinya punya hubungan khusus dengan orang nomor satu di Negeri Beruang Putih itu.
Beberapa hari terakhir, mencuat desas-desus jika miliarder Swiss Hansjorg Wyss dan investor Amerika Todd Boehly cukup tertarik untuk mengambil alih Chelesa dari Abramovich.
Namun, kini peluang untuk menjual The Blues terancam gagal total, seiring rencana pemerintah Inggris untuk memberi sanski tegas pada Abramovich dan membekukan asetnya. Hal ini dilakukan untuk menekan Putin, yang disebut-sebut dekat dengan Abramovich, agar menghentikan serangan ke Ukraina.
"Kami kedatangan Liz Truss, Menteri Luar Negeri, pada Minggu lalu di Sky News. Dia mengatakan, oligarki Rusia tidak akan memiliki 'tempat untuk bersembunyi'. Dia mengatakan, pemerintah Inggris akan memberikan sanksi kepada Rusia setiap minggu, ketimbang memberikan sanksi sekaligus. Pemerintah berpikir, itu akan lebih efektif dan memberi tekanan lebih besar pada Putih jika mereka melakukannya secara bertahap, pekan demi pekan. Jadi ini adalah ancaman nyata yang menghantui Abramovich," ungkap reporter Sky Sports, Kaveh Solhekol, dalam sesi tanya jawab mengenai potensi penjualan Chelsea.
"Itu akan sangat sulit bagi dia menjual Chelsea jika asetnya dibekukan. Semua rekening bank dia di Inggris akan dibekukan, jadi akan sangat sulit bagi dia untuk melakukan bisnis. Dia memiliki Chelsea melalui jaringan perusahaan yang kompleks yang berbasis di luar Inggris, jadi secara teknis masih ada jalan bagi dia untuk menjual Chelsea," jelasnya.
"Namun, saya kira, dalam realitasnya akan amat sangat sulit. Ditanya apakah Abramovich bisa menjual Chelsea jika dia dikenai sanksi oleh pemerintah Inggris, [chief executive Liga Primer Inggris Richard] Masters mengatakan 'Saya kira itu tidak akan berhasil'," kata Solhekol.
"Selain itu, ada komplikasi tambahan, apakah ada bank atau institusi keuangan yang mau terlibat dalam kesepakatan yang melibatkan seseorang yang telah dikenai sanksi atau yang berpotensi terkena sanksi oleh pemerintah Inggris?" kata Solhekol.
Secara matematika, jika sanksi dari pemerintah Inggris diberlakukan, lalu aset Abramovich di Inggris disita oleh pemerintah setempat, Chelsea kemungkinan di ambang kebangkrutan.
Dengan kata lain, nasib Chelsea akan semakin tidak karuan jika niat Abramovich menjual klubnya terhambat karena keputusan dari pemerintah Inggris tersebut.
"Jika Abramovich tidak dapat menjual klub, Chelsea pada dasarnya akan tenggelam di masa mendatang. Dia tidak akan lagi bisa menyuntikkan uang ke klub. Pada 2020, dia kembali menghabiskan £200 juta. Kendati Chelsea mendapatkan uang dari penjualan Eden Hazard, £200 juta digunakan klub untuk operasional sehari-hari dan membeli pemain-pemain seperti Timo Werner dan Kai Havertz," lanjut Solhekol.
"Tanpa uang Abramovich, Chelsea harus hidup sesuai dengan kemampuan mereka. Mereka harus menjalankan lebih seperti bisnis konvensional," katanya lagi.
"Apa artinya itu bagi para seluruh pemain yang ada di klub ini? Akankah mereka menafsirkan itu sebagai kurangnya ambisi dan ingin hengkang ke klub lain? Terasa sedikit gila memang membicarakan mengenai transfer," ulasnya.
"Akan tetapi, Chelsea tidak akan lagi jadi 'pemain besar' di bursa transfer, setidaknya dalam jangka pendek," pungkas Solhekol.