Direktur PAI Soroti Toleransi di Indonesia
Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama RI, Imam Safe'i mengatakan era sekarang tolerasi menjadi penting dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan beragama.
Karena era sekarang perubahan tidak bisa dielakan, seiring berubahnya waktu yang semakin kompleknya permasalahan kehidupan bernegara dan beragama. Karena itu, perubahanharus disikapi dengan pemahaman kebangsaan dan nasonalisme.
"Dulu, orang kalau makan pakai daun dengan dipincuk nikmat sekali. Terus sekarang berubah, makan kalau enggak pake piring enggak enak. Kemudian seiring berjalannya waktu berubah lagi, makan kalau enggak di meja makan gak mau. Berubah lagi minta makan di restoran. Begitu seterusnya," kata Safe'i saat menjadi pembicara dalam bedah buku di Uinsa, Surabaya, Rabu, 12 September 2018.
Perubahan ini, lanjut Safe'i akan terus terjadi dari waktu ke waktu. Suka tidak suka, mau tidak mau, perubahan akan terus terjadi.
"Misalnya dalam hal beribadah, dulu imam di masjid sebelum salat hanya ngomong luruskan, rapatkan. Sekarang luruskan, rapatkan, handphone dimatikan," kata Safe'i.
Menurut Safe'i, perubahan itu tentu harus diimbangi dengan adanya sikap toleransi. Apalagi di Indonesia merupakan negara dengan beragam suku serta budayanya yang semakin berkembang.
"Indonesia itu sangat luas. Jadi kata toleransi itu sangat penting," ucapnya.
Di samping itu perbedaan selalu ada dalam setiap tindakan. "Dalam satu negara, pasti ada beda suku dan bangsa. Dalam suku dan budaya pasti akan ada beda agama.
Dalam satu agama, kita pasti ada beda paham. Dalam satu paham, kita beda mengamalkan, dalam mengamalkan beda menghayati, sama-sama menghayati beda keiklasan," katanya.
Karena itu, kata Safe'i, perbedaan itu tidaklah penting untuk diperdebatkan. Yang paling penting perbedaan itu dihormati. "Yang penting sesama agama itu harus saling toleransi apalagi dengan agama lain," jelasnya.
Safe'i menceritakan pengalamannya ketika berkunjung ke Merauke saat mendapat mandat untuk membangun pesantren di daerah perbatasan.
Ketika berada di perbatasan Merauke dan Elikobel, ia bertemu dengan suku Maren. Yang mana dalam suku itu para penduduknya banyak yang memeluk agama Kristen, namun tak sedikit pula yang memeluk Islam.
Menurut Safe'i, suku ini memiliki keunikan, yakni mereka baik yang memeluk agama Islam maupun Kristen sama-sama memelihara anjing.
"Uniknya, mereka itu sama-sama memelihara anjing. Mereka itu bisa rukun diskusi. Kalau mereka bisa rukun, kenapa kita yang di sini harus gaduh terus," ujarnya.
Safe'i mengajak semua lapisan masyarakat agar terus bersatu dengan merawat Indonesia dan saling memberikan toleransi. "Kalau kita ingin Indonesia damai, toleransi itu penting," katanya. (amm/wit)