Imam Masjid Al-Aqsha Palestina Terpikat KH Azaim dari Sukorejo
Dua orang calon santri baru asal Palestina. Keduanya adalah putra Dr Syaikh Ammar, Imam Besar Masjid Al-Aqsha Palestina. Ulama yang disegani ini, akan memondokkan kedua anak kesayangannya itu di Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo.
Syaikh Ammar menuturkan alasan kedua anaknya dimondokkan di Pesantren legendaris di Desa Sukorejo, Situbondo itu. "Kekagumannya pada sosok KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy. Ketika saya melihat keteguhan, ketabahan, kesabaran serta keridhaan beliau pada saat wafatnya putra beliau (Muhammad Dhofir Ibrahimy, almarhum)" tuturnya.
Pesantren Bersejarah KH As'ad Syamsul Arifin
Seperti diketahui, Pesantren Salafiyah Syafiiyah merupakan lembaga pendidikan bersejarah yang didirikan KH Syamsul Arifin. Ayahanda Kiai As'ad Syamsul Arifin, santri Syaikhona Kholil Bangkalan dan Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang.
KHR Ahmad Azaim Ibrahimy merupakan pengasuh keempat Pondok Pesantren Salafiyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur. Sebagai seorang pengajar dan pendakwah, dirinya selalu berupaya menghadirkan karakteristik Islam rahmatan lil ‘alamin.
Dalam hal ini, alumnus Ma'had Rushaifah Makkah, Arab Saudi, tersebut juga menyerap spirit perjuangan yang diwariskan sejak dari kakeknya, KH R As’ad Syamsul Arifin. Pada 2016, pemerintah RI mengangkat tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu sebagai seorang pahlawan nasional.
Kiai Ahmad Azaim menuturkan, ulama keturunan Sunan Bonang dan Sunan Ampel itu mencurahkan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama dan bangsa. Maka dari itu, KH R As’ad Syamsul Arifin merupakan suatu mata air keteladanan.
“Beliau sosok kakek bagi kami dalam keluarga. Beliau inspirator semangat juang. Masa hidupnya merentang sejak zaman pra-kemerdekaan, saat kemerdekaan, hingga pasca-kemerdekaan RI,” ujar Kiai Azaim.
Ulama pesantren kelahiran 25 Januari 1980 tersebut menjelaskan, Kiai As’ad pernah bergerilya di hutan belantara untuk turut serta dalam laskar-laskar perjuangan. Pahlawan nasional ini lahir pada 1897 di Makkah, tepatnya Kampung Syi’ib Ali, Arab Saudi—tak jauh dari Masjidil Haram. Kala itu, kedua orang tuanya menunaikan ibadah haji dan bermukim di sana untuk memperdalam ilmu keislaman.
Peran berikutnya yang juga mengemuka dari kehidupan Kiai As’ad terkait Pancasila. Sang alim menjadi sosok penting di balik penerimaan NU terhadap Asas Tunggal Pancasila pada era Presiden Soeharto.
“Beliau (Kiai As’ad) adalah salah satu tokoh yang punya peran penting dan itu mungkin menjadi amal jariah beliau sehingga bangsa ini terkawal dengan baik,” katanya.
Mungkin, masih banyak yang belum mengetahui bahwa Kiai As’ad turut mempelopori berdirinya madrasah di berbagai daerah, pedalaman maupun kepulauan terpencil. Menurut Kiai Azaim, lulusan dari madrasah-madrasah itu akhirnya banyak melanjutkan pendidikannya ke pesantren di Jawa. Semangat juang Kiai As’ad inilah yang selalu diteladani Kiai Azaim dalam berdakwah.
Suami Hajjah Nur Sari As'adiyah ini lahir dari putri Kiai As’ad yang bernama Nyai Hajjah Zainiyah As’ad. Sedangkan ayahnya bernama KH Dhofier Munawwar, seorang ulama ahli fikih dan ushul fikih. Kiai Azaim pernah menempuh pendidikan di beberapa pesantren di Tanah Air sebelum meneruskan studi ke Tanah Suci.
Beberapa lembaga tempatnya pernah menuntut ilmu, yakni Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang, dan Pondok Pesantren Al-Ishlah Kampung Saditon Lasem. Di Ma’had Rushaifah Makkah, dirinya dibimbing antara lain Abuya Sayid Muhammad Alwi Al-Maliki.