Ini Penyebab I'tikaf Kurang Diminati Milenial
Imam Besar Madjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar mengatakan, seumpama puasa Ramadhan ini adalah kompetisi yang besar, sekarang sudah siap babak final untuk menentukan pemenang dan pemain terbaik di mata Allah.
Tim yang lolos ke babak final ini merupakan tim yang tangguh, karena sudah melewati babak penyisihan, yang jumlahnya lebih banyak.
Tim yang lolos ke babak final, akan menghadapi lawan yang lebih kuat dibanding pada saat babak penyisihan. "Lawan yang kuat itu di antaranya datang dari diri sendiri, dalam wujud hawa nafsu.
Hawa nafsu ini yang menghalangi seseorang yang akan i'tikaf atau berdiam diri di masjid untuk memperbanyak ibadah, sambil menunggu "piala" lailatul qodar.
Nasruddin Umar menyayangkan ada tim yang tidak sungguh-sungguh saat memasuki babak final. Pasalnya, tak sedikit orang di 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang tidak melakukan i'tikaf di masjid, atau lebih sibuk mengurusi kebutuhan lebaran di pasar.
"Mereka termakan oleh iklan yang menawarkan diskon besar dan cuci gudang menyambut lebaran. Coba bandingkan banyak mana jumlah antara yang I'tikaf di masjid dengan yang I'tikaf di pasar swalayan dam mal yang menjanjikan diskon," kata Nasaruddin Umar, ketika dihubungi ngopibareng.id Sabtu 1 Juni 2019.
Imam besar itu mengatakan, i'tikaf masih kurang diminati kalangan milenial, karena mereka belum paham hakekat dari i'tikaf itu sendiri.
Ia menilai, banyak kaum millenial yang memaknai i'tikaf hanya berdiam di masjid lalu tidak melakukan apa apa, sehingga cepat bosan dan ngantuk.
Menurut Nasruddin i'tikaf berasal dari bahasa Arab yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi. Pengertiannya dalam konteks ibadah dalam Islam adalah berdiam diri di dalam masjid untuk mencari keridhaan Allah SWT dan bermuhasabah (introspeksi) atas tindakan-tindakannya. Orang yang sedang beri'tikaf disebut juga mutakif.
I'tikaf menjadi salah satu ibadah yang diminta Rasulullah SAW untuk memperoleh keistimewaan malam Lailatul Qadar, kapan waktu yang tepat untuk memulai i'tikaf?
"Ketika berniat melaksanakan i'tikaf, pasti akan terbersit di benak seseorang kapan saja mulai masuk masjid dan kapan saja selesai i'tikafnya," kata Nasaruddin.
Lantas ia mendiskusikan hadits Imam Al Bukhari dan Muslim rahimahumallah meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu'anha, ia berkata:
"Dahulu Nabi shallahu'alaihi wasallam jika ingin memberikan tolong, ayah shalat subuh (di masjid) sekarang adalah tempat-tempat yang harus dikunjungi.
Dan berakhir i'tikaf sepuluh hari terakhir kompilasi matahari terbenam pada hari terakhir darinya. "
Itikaf adalah salah satu amalan sunnah yang biasa dilakukan Rasulullah SAW di 10 hari terakhir Ramadhan.
Itikaf adalah berhenti (diam) di dalam masjid dengan syarat-syarat tertentu, semata-mata niat beribadah kepada Allah, kata Imam Besar Masjid Istiqlal. (asm)