Imam Besar Istiqlal: Indonesia Jadi Kiblat Peradaban Dunia
Masjid sebagai titik pertemuan umat, memiliki potensi memajukan bangsa dan mempersatukan. Hal ini disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Nasaruddin Umar.
"Seperlima umat Islam ada di Asia Tenggara. Kita akan membuktikan, kiblat peradaban Islam pindah dari Timur Tengah pindah ke Asia Tenggara ini. Kita semua di dalam masjid tidak ada warga negara, semuanya sama. Kita semua warganya sama. Jangan ada pengkotak-kotakan. Di dalam masjid, kita jangan mengulangi apa yang membuat kita terpecah. Mari kita wujudkan persatuan Indonesia yang sejati. Selain itu, mindset kita sebagai umat harus berubah dari Umat Membangun Masjid menjadi Masjid Memberdayakan Umat," jelas Nasaruddin Umar.
Ia mengungkapkan hal itu di depan sejumlah tokoh Islam yang berkumpul di Musyawarah Nasional (Munas) yang dilaksanakan Minggu 31 Juli 2022 di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.
Pertemuan ini sekaligus menjadi deklarasi lahirnya Inisiatif Ekonomi Masjid (I-EMAS). Deklarasi Inisiatif EMAS berangkat dari dorongan organisasi dan komunitas yang peduli pemberdayaan umat dan melihat masjid maupun rumah ibadah berperan strategis untuk pembangunan ekonomi. Berbagai kegiatan positif digelar dalam deklarasi I-EMAS ini. Salah satunya acara talkshow.
Talkshow yang mengangkat tema besar "Ekonomi Masjid untuk Indonesia Maju" menghadirkan para pembicara dari berbagai kalangan seperti para tokoh Islam, pemerhati ekonomi syariah, dan juga para penggerak inisiatif masjid.
Selain Prof. Nasaruddin Umar, hadir pula para tokoh dalam talkshow, antara lain Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi, Lc., M.A., Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie, S.H., M.H., drg. M. Arief Rosyid Hasan M.KM., Bob Tyasika Ananta, Assoc. Prof. Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc, CFP, IFP, dr. M. Atras Mafazi, M.M., H. Daud Poliraja, Tito Maulana, M. Rifki Farabi, Sutan Emir. Turut hadir pula influencers muda, yakni Taqy Malik dan Syakir Daulay.
Umat Butuh Ruang Publik
Tokoh asal NTB, Muhammad Zainul Majdi menyatakan, masyarakat kita membutuhkan ruang publik, yang bukan hanya berbentuk taman. Sudah saatnya memperluas ruang publik termasuk masjid-masjid, dengan konteks, di masjid terjadi pertemuan generasi tua-muda, dan pertemuan potensi.
"Indonesia merupakan negara dengan umat Islam terbesar, masjid dan musholla terbanyak, hingga 800 ribu tempat, kelas menengah Indonesia juga pertumbuhanya tertinggi. Dari semua hal ini, pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita menjahit semua karunia Allah SWT ini. Anak-anak muda memutuskan menjahit semua itu, berawal dari masjid. Dari masjid, ada hal-hal yang menjadi kontribusi konkret untuk Indonesia. Ternyata memang benar. Dari pertemuan-pertemuan sebelum Munas ini, banyak pemikiran-pemikiran hebat dan inisiatif dari masjid-masjid di Indonesia," ungkap mantan Gubernur NTB yang lebih dikenal dengan Tuan Guru Bajang (TGB) dalam keterangan resminya, dikutip Selasa 2 Agustus 2022.
Potensi Masjid
Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Hukum Tata Negara yang juga Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H, menyatakan peradaban yang berkembang saat ini dipengaruhi juga oleh dakwah ekonomi.
"Kalau kita telusuri dari sejarah, tidak ada peradaban yang berkembang jika tidak ditopang dakwah ekonomi. Kita bisa saja membuat Dewan Ekonomi Masjid atau Inisiatif Ekonomi Masjid ini. Saudara-saudara yang muda, ambillah estafet tanggung jawab. Semoga Islam di Indonesia optimis, sebagaimana optimisnya Islam di dunia. Masjid adalah kuncinya," ujar Jimly Asshiddiqie.
Dengan adanya Munas I-EMAS ini diharapkan bisa menjadi sarana bertemunya gagasan dan FGD yang menghasilkan action plan yang konkrit. Harapan lainnya yakni agar dapat menjadi lokomotif pergerakan serta pilot project ekonomi berbasis masjid.
Telah ada puluhan mungkin ratusan contoh Inisiatif Ekonomi Masjid dari seluruh Indonesia. Tujuan akhir dari I-EMAS ini adalah memperkokoh ketahanan ekonomi nasional dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Sebelum diadakan Munas, Inisiatif EMAS juga membentuk Kelompok Kerja (Pokja) yang terdiri dari akademisi, profesional, hingga pemimpin komunitas dari lintas sektor untuk berdiskusi dan membahas lebih dalam mengenai empat poin utama, yaitu digital, health, finance, dan sustainability yang dikemas dalam konsep Focus Group Discussion.
"Kami mengajak seluruh elemen mulai dari organisasi keagamaan, komunitas, remaja masjid dan masih banyak lagi untuk membahas empat isu penting yang diangkat dalam MUNAS EMAS ini. Pertama ada isu di bidang kesehatan, kemudian bidang sustainability, ada bidang digital termasuk ekonomi digital di dalamnya, dan yang terakhir bidang finance. Nantinya dalam 4 pokja ini akan menghasilkan sebuah action plan yang harus dirumuskan dan diimplementasikan oleh para peserta FGD maupun entitas dari lintas latar belakang," papar Arief Rosyid Hasan, Chairman Inisiatif EMAS.
Advertisement