Ilmu Yaqin, Lucunya Tinggal Makan Saja
Orang-orang pesantren, seperti biasanya, selalu menghadirkan humor di tengah keseriusan.
Seperti ini contohnya, KH Muhammad Syamsuddin, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Jufri, Pulau Bawean (Kabupaten Gresik):
Ilmu yaqin. Pesan ini merupakan wasiat dari Al-Hafidh Ibnu Abi Dunya yang terangkum dalam Kitabnya "Al-Ikhlas" dengan sanad Ma'qal ibn Ubaidillah al-Jazary:
كانت العلماء إذا التقوا تواصوا بهذه الكلمات، وإذا غابوا كتب بها بعضهم إلى بعض أنه من أصلح سريرته، أصلح الله علانيته، ومن أصلح ما بينه وبين الله، كفاه الله ما بينه وبين الناس، ومَن اهتم بأمر آخرته، كفاه الله أمر الدنيا، ومن اهتم بآخرته، كفاه الله أمر دنياه
"Adalah para ulama', ketika mereka saling bertemu, maka mereka senantiasa saling berwasiat dengan kalimat ini. Bahkan, andai tidak saling ketemu, maka mereka saling berkirim pesan (inbox) / surat.
"Barang siapa membagusi rasa batinnya, maka Allah pasti akan membagusi dhahirnya. Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya dengan manusia. Barangsiapa mementingkan urusan akhiratnya, maka Allah pasti cukupi urusan dunianya. Dan barang siapa mementingkan urusan akhiratnya, Allah pasti akan mencukupi urusan dunianya.""
Saya dulu sewaktu menanyakan masalah ini ke murabby ruhina, Almaghfur lah KH Saiful Munib Keseran, Genengan, Pakisaji, Pengasuh PP Miftahul Jannah, beliau mengatakan begini:
"Tempe itu kalau sudah dimasak, jangan banyak dibahas. Langsung gleg saja, tinggal makan."
Maksud beliau adalah: sesuatu yang sudah diwasiatkan oleh ulama', berarti itu mujarrab.
Maka tertawalah setelahnya...