Ikuti AS, Eropa Mengarah ke Proteksionisme
SAAT mengikuti Munas I HIMPUNI atau Himpunan Alumni Perguruan Tinggi Negeri seluruh Indonesia di Senggigi Lombok, 1 April 2017, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan sebagai Keynote Speaker mengganti Presiden Jokowi menjelaskan kondisi perekonomian Indonesia dan perubahan percaturan politik ekonomi global. Ia menjelaskan, perubahan politik pasca pemilihan Presiden AS yang mempengaruhi cara berfikir para politisi di Eropa. Beberapa politisi extrem kanan terinspirasi ide-ide Presiden terpilih AS Donald Trump yang berbau proteksionisme, dan ide ini akan juga berpengaruh kenegara-negara lain seperti Indonesia.
Ide-Ide Trump jadi inspirasi Eropa
Kemenangan Trump beserta ide-ide nya yang kontroversial itulah yang sekarang menyebar ke Eropa dan menjadikan beberapa partai Ekstrem Kanan (Far-Right Party) di Negara-negara anggota masyarakat Eropa bergolak dan mulai mendapatkan respon publik. Para pemimpin partai ini mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang juga anti-establishment dan anti pada keberadaan Masyarakat Eropa, bahkan ingin mengikuti jejak Inggris untuk keluar Eropa.
Salah satu partai eksterem kanan di Eropa ini adalah Freedom Party atau Partai Kebebasan di Austria yang di pimpin oleh Norbert Hofer. Partai ini memiliki 40 kursi (dari 183 kursi) di parlemen. Hofer dalam kampanyenya sering mengkritik Eropa, ingin memperkuat batas Negara, melindungi kepentingan ekonomi Austria, tidak suka dengan hadirnya immigrant dari timur tengah dan terang-terangan ingin dekat dengan Rusia. Pernah dalam pidatonya mengatakan bahwa dia tidak akan pernah mengijinkan kalau ada anggota kabinetnya yang memakai jilbab.
Pada pemilihan hari Minggu 4 Desember 2016 , Hofer dikalahkan oleh Alexander Van der Belle dari partai Liberal dia adalah seorang profesor ahli ekonomi dan mantan pemimpin Partai Hijau. Di Jerman ada Partai Alternatif utuk Jerman juga memiliki platform yang sama seperti di Austria. Menurut Sylke Tempel dari Dewan Jerman untuk Hubungan Luar Negeri, partai ini menarik pemilihnya karena sikapnya yang anti – establishment, anti liberalisasi, anti Masyarakat Eropa, dan anti segalanya yang dianggap sudah menjadi norma umum. Pemimpin partai ini Frauke Petry mengusulkan Jerman harus melakukan control ketat perbatasannya, dan salah satu platform partainya adalah: “Islam tidak cocok di Jerman” dan mengusulkan pelarangan pembangunan Masjid di negeri ini. Sebentar lagi partai ini akan bertarung dalam pemilihan di Jerman.
Jean Marie Le Pen dari Partai Fron Nasional di Paris tidak kalahnya dengan kedua partai di Austria dan Jerman itu. Pemimpin partai nasionalis itu lebih cenderung adanya proteksi ekonomi negaranya, dan sikap kerasnya terhadap immigrant dari Timur Tengah, dan ingin agar Perancis keluar dari Masyarakat Uni Eropa atau EU; Le Pen dengan para pendukungnya percaya bahwa kemenangan seperti kemenangan mengejutkan dari Donald Trump akan terjadi di Perancis pada pemilihan umum di negeri ini tahun 2017.
Le Pen dalam pemilihan Presiden ronde pertama tanggal 23 April 2017 lalu mendapatkan suara 22 %, sedangkan pesaingnya Emmanuel Macron dari Kubu Tengah dengan partai barunya En Marche memperoleh 24%. Macron ini politisi muda dan menginginkan agar Perancis tetap dalam Uni Eropa
Politisi muda Belanda Geert Wilders pemimpin Partai untuk Kebebasan itu juga sangat keras terhadap keberadaan Uni Eropa dan ingin keluar dari masyarakat ini seperti Inggris; dia juga dimana-mana mengeluarkan pernyataannya secara publik ketidak sukaannya terhadap Islam
Demikian pula di Yunani, partai garis keras Golden Dawn dan prtai Jobbik di Honggaria serta Partai Demokrat di Swedia sama-sama menggagumi kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat yang anti-establishment dan immigrant illegal, percaya bahwa kemenangan seperti yang dialami Donald Trump akan terjadi di Eropa.
Proteksionisme akan muncul di Eropa.
Bagi Indonesia secara umum dan Jawa Timur pada khususnya, kondisi perekonomian tahun 2017 ini akan penuh dengan ketidak pastian karena akan muncul sikap proteksionisme di mana-mana. Proteksionisme itu tentu melanggar prinsip perdagangan bebas yang sebenarnya dianut dan sering di kampanyekan pihak barat. Namun dalam perkembangan politik di AS maupun di Eropa itu sikap menutup diri ini justru muncul. Dalam hubungan dengan ini Indonesia harus secara jeli memonitor perubahan politik di luar negeri ini dengan seksama agar perekonomian Indonesia tidak terpengaruh dengan perubahan drastis tersebut. Variable peruabahan-perubahan diatas haruslah masuk sebagai konsideran dalam pembuatan kebijakan ekonomi tahun 2017.
Gubernur Jawa Timur, Pak De Karwo dalam kesempatan berbicara di depan alumni Universitas Airlangga pada akhir Desember tahun lalu juga menyebutkan persoalan proteksionisme ini dan mengusulkan agar konsumsi domestik perlu di tangani secara serius pada tahun 2017 nanti. Sebuah himbauan yang patut di pertimbangkan.
*) Ahmad Cholish Hamzah adalah mantan Pollitical and Economic Specialist di Konsulat Jenderal AS Surabaya selama 25 tahun. Dia lulusan University of London dan Universitas Airlangga Surabaya. Kini ia mengajar di STIE Perbanas, STESIA dan Wakil Rektor Universitas Sunan Giri Surabaya.
Advertisement