Ikan Bakar ala Intim di Warung Bu Ning Kota Gudeg
MENCARI ikan bakar segar di Jogja jauh lebih susah dibanding mendapatkan gudeg. Padahal, Jogja punya laut selatan yang begitu luasnya. Tapi kalau Anda penggemar ikan bakar, cobalah ke Warung Bu Ning di Jalan Jetis Pasiraman Jogjakarta.
Di mana itu? Warung yang menyediakan berbagai jenis ikan laut segar itu tak jauh dari perempatan tugu Jogja. Dari tugu yang terkenal sebagai spot foto wisatawan itu ke arah utara menuju Jalan AM Sangaji atau Monumen Jogja Kembali. Sebelum perempatan pertama dari tugu, ada jalan kecil ke kanan. Dari jalan besar hanya sekitar 200 meter.
Biasanya, jalan itu penuh dengan mobil parkir pada saat jam makan. Warungnya kecil bercat hijau. Meski warung tak besar, jangan ditanya pelanggannya. Dalam sehari, puluhan kilogram ikan habis. "Rata-rata per hari kami habiskan 70 kilogram ikan segar," kata Budi, pemilik warung tersebut.
Barangkali inilah satu-satunya warung ikan bakar khas Indonesia Timur di Jogja. Tersedia ikan bawal laut, semangin, berkuda, sarden, cumi-cumi dan udang. Semua jenis ikan bakar itu dihidangkan dengan sambal dabu-dabu dan colo-colo.
Sedangkan sayurannya disediakan daun dan bunga pepaya. Seperti menu yang biasa disediakan rumah makan Manado. Di warung ini, selain nasi juga tersedia papeda (makanan berbahan sagu) dan ubi godog. Pokoknya menu khusus yang biasa dimakan orang Indonesia Timur (Intim).
Bagaimana di Jogja yang bertradisi makan nasi dan lauk pauk non laut ini ada warung seperti ini? Budi bercerita, tadinya dia menjual masakan Jawa. Warung Jawa itu ditekuninya selama 10 tahun. Sayang, warung Jawanya tidak berkembang dengan bagus.
Temannya dari Tidore lantas menyarankan agar berganti membuka warung masakan ikan khas Indonesia Timur. Saran itu dia turuti. Mulailah dia beralih haluan dari warung Jawa menjadi warung ikan bakar segar khas timur.
"Awalnya, sehari menghabiskan ikan 2 kilo. Namun, kemudian berkembang hingga sekarang. Warung ikan bakar ini mulai berdiri sejak 14 tahun lalu," tutur pria ini.
Budi menambahkan, ikan segar warungnya setiap hari dipasok dari Semarang. Ikan segar pasokan itu harus habis. Tidak pernah menyetok ikan. Sebab, ikan yang distok lebih sehari rasanya akan berubah jika dibakar. "Apalagi lidah orang Timur sangat sensitif dengan ikan segar," tuturnya.
Bagi penggemar ikan laut, rasanya patut dicoba. (arif afandi)
Advertisement