Ihwal Merelakan dan Ikhlas, Begini Panduan Islam
Islam menentukan niat baik dan ikhlas. Baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam melaksanakan ibadah.
Syarat diterimanya ibadah adalah rasa ikhlas sebagaimana Firman Allah Ta'ala:
وَلَـقَدۡ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ وَاِلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكَۚ لَٮِٕنۡ اَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ
Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)
Dengan ikhlas kita tidak akan tersesat ke jalan yang tidak diridhoi Allah, tidak akan menjadi orang yang riya’ atau sombong, karena sombong itu merupakan sifatnya setan. Syaitan berkata,:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (٣٩) إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (٤٠)
”Ya Tuhanku, oleh karena Engkau telah menetapkanku sesat, sungguh akan kuusahakan agar anak manusia memandang indah segala yang tampak di bumi dan aku akan sesatkan mereka semua. Kecuali hamba-hambaMu dari antara mereka yang ikhlas. (QS.Al-Hijr: 39-40).
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat.
Di sisi lain, amal yang dilakukan dengan riya’ akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.Tetapi banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah Ta'ala, melainkan dengan sikap riya’ atau sombong supaya mendapat pujian dari orang lain. Hal inilah yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah SWT.
Soal Ikhlas dan Melepaskan, Ini Panduan Islam
Dalam hidup manusia, ikhlas dan melepaskan, bukanlah hal yang mudah. Merelakan berarti menyadari bahwa apa yang diinginkan dan diharapkan tak akan selalu terwujud dan melepasnya untuk hal yang baru.
Ketika kita memegang atau menahan-nahan sesuatu, entah itu harta, benda, fisik atau emosi, membutuhkan energi. Bahkan terkadang, dibutuhkan energi dalam jumlah besar untuk melakukannya.
Jadi, ketika kita melepaskan, kita punya waktu dan energi untuk maju dalam hidup. Secara teori melepaskan tampaknya mudah, tetapi dalam kenyataannya jauh berbeda.
Aisha Stecey, dilansir About Islam, Senin (18 September 2023), menyebut melepaskan memang sulit dan terkadang menyakitkan. Namun, kedamaian di ujung jalan itu sepadan dengan usaha yang dilakukan.
"Melepaskan hubungan atau orang yang beracun (toxic) membuat kita rentan dan sendirian. Sendirian adalah satu kata yang banyak dari kita kaitkan dengan ketakutan dan pengabaian," ujar dia.
Seorang motivator bernama Brendon Burchard menyebut banyak dari kita mengalami kesulitan dan rasa sakit ketika melepaskan, karena keterikatan pada masa lalu.
Beberapa orang, bisa selamanya terpaku pada siapa yang benar dan siapa yang salah, atau siapa yang harus disalahkan atas situasi yang tidak diinginkan saat ini. Sementara banyak yang lain takut untuk keluar dari kebiasaan nyaman yang telah mereka jalani.
"Keputusan ini mungkin tidak sempurna, tetapi mereka tahu apa yang diharapkan, mereka tidak harus menghadapi masa depan yang tidak pasti," kata Stacey.
Ketika seseorang benar-benar berhenti untuk menelaah makna dari kata-kata menakutkan, seperti masa depan yang tidak pasti, maka harus diakui bahwa masa depan tidaklah pasti. Apa yang ada saat ini bisa saja hilang besok dan kehidupan berubah tanpa memperhatikan kenyamanan atau kepastian.
Sebagai umat Islam, kita sudah lebih dulu memulai proses melepaskan karena kita tahu, secara teori atau kenyataan, bahwa melepaskan berarti berserah diri pada kehendak Allah SWT. Setiap umat Islam menyadari bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu yang ada di muka Bumi ini.
"Ketika sehelai daun jatuh dari pohon, hal itu terjadi atas izin dan Kehendak Tuhan. Ketika ranting itu membelok ke arah angin dan selamat dari badai, hal itu terjadi karena Allah telah menetapkan bahwa ranting itu akan terus hidup," ucap dia.
Sebagai orang beriman, kita selalu sadar bahwa hanya Allah SWT yang mengendalikan segala sesuatu. Untuk jangka waktu tertentu, mungkin bisa membodohi diri sendiri dengan berpikir bahwa kita mempunyai semacam kendali. Namun semakin cepat menyadari bahwa hal ini tidak benar, maka akan semakin mudah kita melepaskan hal-hal yang menghambat perjalanan di dunia.
Kapan pun dilanda ketakutan dan kesedihan, kapan pun menyadari akhirnya harus melepaskan dan bergerak maju tetapi tidak mampu mengambil langkah pertama, maka sebagai hamba-Nya kita harus berpaling kepada Allah SWT.
Hanya Dia yang dapat meringankan jiwa yang bermasalah dan hanya Allah SWT saja yang dapat membuka jalan untuk melepaskan beban dan ketakutan yang menghambat atau menghalangi jalan ini.
"Ketika kita ingin maju atau bahkan ingin menghentikan komidi putar memusingkan yang disebut kehidupan, kita harus berpaling kepada Allah SWT dan percaya bahwa Dia tahu apa yang terbaik, serta akan membimbing ke tempat yang lebih baik dalam hidup ini dan di masa depan," ujarnya.
Advertisement