Idul Fitri Berbeda, Keputusan pemerintah Menghilangkan Perbedaan
Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) Prof Nadirsyah Hosen (akrab dipanggil Gus Nadir) menjawab cuitan Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ma'mun Murod tentang penggunaan fasilitas publik untuk pelaksanaan Shalat Idul Fitri yang berbeda dengan pemerintah.
"Mas Rektor @mamunmurod kita ngaji aja yuk, daripada emosi di bulan puasa," kata Gus Nadir membuka balasan komentarnya di akun Twitter @nadirs, Rabu 19 April 2023.
Gus Nadir, Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama di Australia dan New Zealand ini menganalogikan pelaksanaan haji di tanah suci Arab Saudi.
Demikian bunyi cuitan Gus Nadir yang membalas komentar Ma'mun Murod:
"Jika anda pergi haji dan pemerintah Saudi memutuskan waktu wukuf dengan ru’yah, yang berbeda dengan kalkulasi hisab ormas anda, apakah anda akan wukuf mengikuti pemerintah Saudi atau tetap sesuai dengan hisab?
Atau anda akan meminta pemerintah memfasilitasi wukuf anda yg berbeda itu meski jamaah lain sudah bergerak ke Mina?
Jikalau pemerintah Saudi memutuskan 1 Syawal dengan ru’yah dan berbeda dengan kalkulasi hisab ormas anda, apakah anda ikut dan patuh pada ulil amri atau anda minta fasilitas pemerintah untuk juga bikin takbiran dan shalat ied bersama ormas anda di masjidil haram?
Jika kita belajar fikih, jawabannya sederhana. Ikuti otoritas pemerintah. Hukmul hakim yarfa’ul khilaf. Keputusan pemerintah menghilangkan perbedaan pendapat. Dalam masalah ibadah yang berdimensi sosial, kaidah ini sangat penting. Ini bukan soal politik, psikologi atau konspirasi
Tapi mungkin jawaban anda akan berbeda. Monggo kita ngaji bareng Mas Rektor @mamunmurod_ Sehat selalu ya Mas. Kalau mudik, ati2 di jalan. Bismillah".
Toleran-Intoleran
Sebelumnya Ma'mun Murod menyebut selama ini Gus Nadir yang kerap berkomentar soal toleransi, nyatanya adalah orang yang mudah menuduh pihak lain intoleran.
Gus, status ini ga usah sampeyan hapus yoooo. Ini rekam jejak yang sangat bagus dari seorang yang mulutnya begitu mudah menuduh pihak lain sebagai intoleran hahaha," kata Ma'maun Murod dikutip dari akun Twitternya, Selasa (18 April 2023).
Menurut Aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah ini, pernyataan Gus Nadir tersebut justru menyebar kebencian terhadap mereka yang berbeda dengan sikap pemerintah.
"Gus, wong tiap saat bicara toleransi dan menyerang orang yang dinilai intoleran, kok buat status yang tak beda dari mereka yang sering sampeyan sebut intoleran. Terkadang "kebencian" itu bisa menutup nalar waras (rasional), sekalipun itu seorang yg berpendidikan sangat tinggi," sebutnya.
Pernyataan tersebut merupakan balasan dari celotehan Gus Nadir sebelumnya di Twitter soal salah satu ormas memilih berbeda terus minta difasilitasi atas nama toleransi, tapi tidak mau bertenggang-rasa.
"Kalau memilih berbeda terus minta difasilitasi atas nama toleransi, tapi tidak mau bertenggang-rasa, gimana kalau sekalian minta shalat ied-nya jg di Istiqlal, biar sama dg shalat ied versi pemerintah? Jgn kepalang tanggung. Gimana? Gimana?" kata Gus Nadir.
Sidang Itsbat dan Lebaran yang Berbeda
Guna Memahami secara lebih lengkap, berikut naskah pendapat Prof Nadirsyah Hosen berjudul "Sidang Itsbat dan Lebaran yang Berbeda":
Kaidah fiqh mengatakan: hukmul hakim yarfa’ul khilaf. Keputusan pemerintah itu menghilangkan perbedaan pendapat. Jadi, mau pakai hisab atau ru’yat, perdebatan selesai setelah Pemerintah mengambil keputusan lewat sidang Itsbat.
Siapapun Menteri Agama-nya, mau dari ormas manapun, semuanya harus patuh pada keputusan sidang Itsbat.
Buat apa ada sidang itsbat kalau ormas mementingkan egonya sendiri? Ini kita bicara kaidah fiqh yah. Kita gak bicara politik, psikologi atau radiologi 😊
Tapi dalam kehidupan bermasyarakat, yang lebarannya berbeda juga tidak dilarang. Silakan berbeda, tapi jangan demonstratif dan frontal. Harus bertenggang rasa. Apik toh?
Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari pernah menegur menantunya yg ahli hisab dan lebarannya duluan. Ditegur bukan karena lebarannya berbeda, tapi karena demonstratif mengajak warga takbiran. Padahal masih ada yg puasa besoknya. Sampai di sini paham yah pointnya? 🙏
Buat apa sidang Itsbat kalau pemerintah juga disuruh memfasilitasi lebaran yg berbeda? Gunakan fasilitas milik sendiri di tempat tertentu. Kalau ditolak pakai lapangan/masjid/halaman perkantoran milik pemerintah, ya gak usah ngamuk di medsos. Tahu diri lah. Toh, gak di larang ente mau lebarannya berbeda. Tapi tolong juga bertenggang rasa. Toleransi itu simpel kok.
Jadi, gak usah demonstratif, apalagi minta difasilitasi Pemerintah, padahal gak mau ikut keputusan Pemerintah. Ibarat orang nikah siri tapi ngotot minta buku nikah. Repot kan? 😊
Silakan berbeda, meski kaidah fiqh tidak di-ikuti, tapi jangan lupa untuk bertenggang rasa pada mereka yang masih lanjut puasa, belum takbiran dan belum shalat ied.
Tolong gak usah demonstratif makan opornya 😄
Kita memang masih harus terus belajar mengelola perbedaan pendapat dan menata ulang hati kita khususnya ego sektoral keormasan.
Sehat, selamat dan maslahat semuanya 🙏😍
Tabik,
Nadirsyah Hosen