Idul Adha, Perajin Tempe di Probolinggo Kurangi Produksi
Bersamaan dengan Idul Adha dan sekitar sepekan setelahnya, para perajin tempe di Kota Probolinggo sengaja mengurangi produksinya. Alasan para perajin, tempe yang mereka produksi kalah bersaing di pasar karena banyak warga mengonsumsi daging kurban.
Fenomena itu bisa dilihat di “Kampung Tempe” di Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo. Di Sumberbertaman, sebanyak 37 kepala keluarga (KK)-nya menjadi perajin tempe.
“Para perajin tempe di Sumbertaman menurunkan kapasitas produksi tempe sejak Idul Adha hingga sekitar sepekan kemudian. Maklum banyak warga lebih memilih makan daging kurban ketimbang tempe,” kata Adisti, perajin tempe di Sumbertaman, Minggu, 2 Agustus 2020.
Adisti yang biasa mengolah kedelai 120 kilogram untuk bahan tempenya, mengaku mengurangi kapasitas produknya. “Saya kurangi 30 kilogram, sehingga saya mengolah 90 kilogram kedelai per hari,” katanya.
“Ada sekitar 30 perajin tempe di Sumbertaman, yang produksinya antara 50-120 kilogram, juga mengurangi produksinya selama Idul Adha dan tiga hari setelahnya,” katanya. Hal itu berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, tempe menjadi kurang laku akibat kalah bersaing dengan daging kurban.
Pengurangan kapasitas produksi tempe juga dilakukan Eko, perajin tempe lainnya di Sumbertaman. “Produksi tempe saya kurangi, soalnya di Bulan Besar ini selain suasana Idul Adha banyak orang makan daging kurban, juga banyak orang hajatan,” ujarnya.
Eko mengaku, biasanya ia mengolah 100 kilogram kedelai menjadi tempe. Namun sejak Jumat kemarin, 31 Juli 2020 hingga beberapa hari ke depan, ia mengurangi kedelainya menjadi 80 kilogram per hari.
Dikatakan meski berbisnis skala usaha mikro kecil (UKM), Eko mengaku, perlu memperhitungkan kondisi pasar. “Kalau pas banyak daging kurban, bisa-bisa tempe tidak ditoleh,” ujarnya.
Namun ia bersyukur, Kampung Tempe di Sumbertaman masih bertahan pada saat pandemi Covid-19. Terbukti, perajin tempe masih tetap bertahan. Bahkan sebagian besar tempe di pasar di Kota Probolinggo dipasok dari Sumbertaman.
Sementara itu, pembina Kampung Tempe, Sri Astuti menjelaskan, Sumbertaman telah lama dikenal sebagai penghasil tempe, bahkan sudah ada semasa penjajahan Belanda. Total ada 37 perajin tempe di 3 RT (rukun tetangga).
“Paling banyak di RT 3 ini, ada 26 perajin tempe. Mayoritas, masih memproduksi tempe untuk konsumsi,” ujarnya.
Sri juga menjelaskan, sudah ada sebagian perajin yang membuat produk olahan tempe. Seperti dibuat keripik tempe. “Rencana ke depan, tempe dari Sumbertaman tidak hanya dijual dalam bentuk tempe. Tapi, juga menjadi berbagai macam produk lain seperti keripik tempe, stik tempe, dan brownies tempe,” katanya.