Idul Adha di Rantau, Cara Pelajar Indonesia Salat Id dan Takbiran
Hari raya kurban atau Idul Adha umat muslim tahun ini jatuh pada Selasa, 20 Juli 2021. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya, kali ini kurban dirayakan di tengah kondisi pandemi Covid-19. Berdasarkan aturan pemerintah, segenap tradisi pun ditiadakan. Salah satunya takbiran. Sehingga, takbiran dilakukan masing-masing warga di rumah.
Hal senada juga dilakukan mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di luar negeri. Adalah Diyanah Afifah Ramadhaniyati dan Reza Fadli Hamdani. Diyanah merupakan pelajar S2 jurusan Comparative and Regional Studies American university, Amerika Serikat. Sedangkan Reza, saat ini menempuh sarjana jurusan Sivilisasi Asing Pendidikan Yunani di Universite de Strasbourg, Prancis.
Takbiran dengan Youtube
Saking inginnya merayakan takbiran, Reza harus berkeliling mencari masjid yang mengumandangkannya. Pria kelahiran 2001 itu lantas menaiki trem, sejenis transportasi umum untuk berburu pamflet masjid yang menggelar takbiran.
Reza ditemani kedua temannya. Setelah berkeliling selama 150 menit, Reza tak juga menemukannya. Masjid di Prancis tidak melantunkan takbir seperti masjid di Indonesia pada umumnya. Takbir hanya dilakukan perseorangan tanpa pengeras suara.
“Berusaha nyari masjid yang ada takbirannya, ternyata nggak ada. Keliling Strasbourg ternyata takbirnya internal doang,” kata Reza melalui sambungan telepon Whatsapp pada Rabu, 21 Juli 2021.
Senada dengan Reza, Perempuan yang akrab disapa Didi itu menyatakan hal serupa. Bahkan untuk mengumandangkan takbir, Didi memutar video takbiran di kanal Youtube.
“Di sini takbirannya beda dengan di Indonesia. Masjid di sini melantunkan takbirnya nggak seheboh di Indonesia. Kalau saya sendiri takbiran di kamar bersama teman sambil lihat Youtube. Kurang lebih 30 menit-an,” katanya.
Salat Dibagi 3 Kloter
Kendati demikian, pria berambut ikal itu mengaku bersyukur lantaran masih bisa menunaikan ibadah Salat Id. Pasalnya, melansir worldometer.info Prancis yang menduduki negara kelima dengan kasus Covid-19 tertinggi dunia tak melarang pelaksanaan kegiatan ibadah. Reza lalu berburu informasi terkait masjid yang menggelar Salat id.
Dari informasi yang diperoleh dari perkumpulan pelajar Indonesia (PPI) di Prancis, Reza memilih salat di Grand Mosque Strasbourg. Di sini jadwal salatnya dibagi menjadi tiga kloter untuk menghindari penularan Covid. Reza memilih kloter kedua, di mana salat dimulai pukul 08.15 waktu Prancis.
“Alhamdulillah sama pemerintah gak dilarang salat, akhirnya pas tau info dari PPI langsung berangkat. Menuju masjid saya perlu naik trem sekitar 20 menit-an,” bebernya.
Senada dengan Reza, Didi mengungkapkan hal sama. Didi bersyukur sebab bisa menunaikan ibadah Salat id. Perempuan kelahiran 1996 itu ditemani om dan tantenya menuju masjid terdekat.
Didi mengetahui informasi adanya Salat Id dari postingan di Facebook. Di mana postingan itu diunggah oleh Imaam Center. Yaitu sebuah asosiasi muslim Indonesia di Amerika Serikat.
Dari unggahan tersebut, jadwal salat juga dibagi ke dalam tiga kloter. “Tahun ini lebih baik dari tahun lalu karena banyak masjid mulai buka. Salatnya aku milih yang kloter pukul 07.30 di masjid milik perkumpulan Indonesia di Maryland. Butuh waktu satu jam mengendarai mobil untuk sampai di sana. Sayangnya setelah salat tidak ada penyembelihan hewan, langsung pulang,” katanya.
Salat Ikuti Protokol
Baik Reza dan Didi menjalankan ibadah salat dengan mentaati protokol kesehatan yang dianjurkan. Reza membawa sajadah sendiri serta memakai masker. Lantaran dilarang berwudu di masjid, sebelum berangkat pria kelahiran Yogyakarta itu berwudu dari rumah.
“Salatnya sudah nggak diatur jarak, tetapi intinya kamu harus tetap memakai masker. Wudu pun harus dari rumah. Kloter pertama ini ada 200 orang jemaah,” katanya.
Sama seperti Prancis, melansir Worldometers.info saat ini Amerika Serikat menduduki peringkat pertama negara dengan kasus covid-19 tertinggi dunia. Yaitu dengan 35 juta kasus per 22 Juli 2021. Tak heran, saat melaksanakan Salat Id perempuan asli Jayapura, Papua itu mentaati protokol kesehatan yang ada.
Sebelum berangkat menuju masjid, Didi sudah berwudu dari rumah. Hal ini sesuai imbauan yang diumumkan pihak masjid. Selain itu, saat berada di masjid Didi diharuskan salat menggunakan masker dan membawa sajadah sendiri.
“Diimbau dari masjidnya wudu dari rumah, tapi pas datang tempat wudu dan toiletnya masih tetap bisa digunakan. Salatnya nggak berjarak, hanya saja kami tetap diminta pakai masker. Yang ikut 150 orang lebih kayaknya di kloter pertama ini,” katanya.
Merindukan Sate dan Keluarga
Kala ditanya hal apa yang membuat kangen dari tanah air, Reza mengaku merindukan sate. Pasalnya di Prancis tidak ada pemotongan hewan kurban. Untuk melampiaskan rasa kangennya, Reza dan temannya memasak opor ayam.
“Yang dikangenin pasti sate-nya karena khas kan, di sini daging harganya mahal. Berapa gram saja bisa Rp 80 ribu lebih. Akhirnya saya dan kedua teman memasak opor ayam dengan bumbu ala kadarnya. Seadanya saja,” kenangnya dengan tertawa.
Berbeda dengan Reza, Didi yang juga alumnus Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu menyebut suasana takbiran lah yang membuatnya rindu. Selain itu momen kebersamaan dengan keluarga terkasih.
“Vibe-nya sudah beda ya, di sini khotbahnya pakai bahasa Inggris. Jadi rasanya beda. Beruntung sempat salam-salaman dan diundang makan rendang dan opor sama orang Indonesia. Di situ baru terasa Indonesianya. Kangen keluarga juga, sudah dua tahun ini nggak pulang,” katanya.
Menelpon Orang Tua via Video Call
Idul Adha tak lengkap rasanya jika tidak menghubungi keluarga, terutama kedua orang tua. Terlebih bagi pelajar di perantauan. Untuk menyempurnakan momen sakral itu, Reza menghubungi ayah dan ibu dengan panggilan video. “Sudah menelpon pakai video call ayah, ibu dan kakek secara terpisah. Rasanya gimana gitu, apalagi di rumah lagi pada kumpul-kumpul, rame jadinya,” katanya.
Setali tiga uang, Didi melakukan hal serupa. Didi sungkem kepada orang tuanya melalui panggilan video. Anak pertama dari tiga bersaudara itu lantas meluapkan rasa kangennya lewat perantara itu.
“Telpon ayah dan ibu pakai Whatsapp. Kami berbincang tentang Idul Adha dan Covid-19 di sini dan di sana. Saya worry sama mereka karena di Indonesia kasusnya melonjak,” tutupnya.