Ideal untuk Booster, Presiden Diminta Dukung Vaksin Nusantara
Wakil Ketua Komisi IX DPRI Melki Laka Lena berharap dukungan politik Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin terkait pengembangan Vaksin Nusantara. Menurut Melki, dukungan dari Jokowi bisa memudahkan pelaksanaan uji klinis tahap III vaksin karya bangsa.
"Mudah-mudahan setelah situasi kondusif, Pak Presiden, Wapres dan para menteri, Kepala BPOM dan pihak terkait juga bisa mendorong dan memperkuat secara politik, sehingga bisa diteruskan proses uji klinis tahap III," ujar Melki di Jakarta, Kamis 7 Oktober 2021.
Uji klinis Vaksin Nusantara terhenti di tahap II. Sampai saat ini tim peneliti belum melanjutkan uji klinis ke tahap III.
Sampai sejauh ini, baru DPR yang menyatakan dukungan agar pengembangan Vaksin Nusantara itu dilanjutkan. Menurut Melki, pimpinan DPR juga terus berkomunikasi dengan pemerintah mengenai hal ini.
"Komisi IX kurang lebih sudah bahas tiga kali walaupun dengan berbagai catatan dari Kemenkes dan BPOM, tapi terus bergerak maju, juga dari komisi VII membicarakan dari aspek riset dan teknologinya," jelas Melki.
"Kami terus menunggu bagaimana uji klinis tahap III ini berjalan. Komunikasi pimpinan DPR RI dengan pihak pemerintah dan presiden, wapres, menteri-menteri terkait termasuk BPOM terus kami lakukan," kata dia menambahkan.
Vaksin Nusantara diketahui menjadi polemik usai tim peneliti melakukan proses pengambilan sampel darah ke sejumlah pihak termasuk anggota DPR, meski BPOM saat itu belum memberi izin uji klinis fase II.
Pada April lalu akhirnya diputuskan pengujian Vaksin Nusantara hanya dilakukan untuk kepentingan penelitian dan pelayanan. Artinya, uji klinis vaksin tersebut bukan untuk dimintakan izin edar oleh BPOM.
Seluruh pengawasan terkait penelitian dan pengadaan Vaksin Nusantara sepenuhnya menjadi kewenangan Kementerian Kesehatan.
Tim Vaksin Nusantara Mayor Jenderal TNI (Purn.) Daniel Tjen menyebut saat ini pihaknya tengah menggodok protokol tetap untuk perekrutan relawan uji klinis lanjutan pada vaksin Nusantara yang diprakarsai oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Daniel mengatakan saat ini tim peneliti tengah merampungkan uji klinis tahap II di RSPAD Gatot Soebroto dan menunggu persetujuan uji klinis tahap III, agar vaksin berbasis sel dendritik ini dapat secara resmi digunakan untuk masyarakat luas.
"Pada saat ini teman-teman peneliti sedang merancang protokol untuk uji fase III, sehingga masyarakat bisa memperoleh akses dan mengetahui apakah mereka eligible untuk menjadi relawan atau tidak, saat ini sedang dalam proses dan kalau sudah siap tentu itu akan menjadi domainnya publik," kata Daniel.
Daniel menjelaskan, nanti pihaknya akan mengumumkan prasyarat relawan terkait dengan apakah mereka pernah terpapar Covid-19 maupun sudah divaksin dengan jenis platform lain yang saat ini digunakan pemerintah. Kendati demikian, ia tak merinci lebih lanjut syarat-syarat umum apakah yang harus dipenuhi calon relawan.
Teknisnya, setiap orang akan diambil sampel darahnya kemudian dipaparkan dengan kit vaksin yang sel dendritik. Cara kerjanya, sel yang telah mengenal antigen akan diinkubasi selama 3-7 hari.
Hasilnya kemudian akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus.
"Jadi tim peneliti kita sesuai dengan kaidah, kami konsultasi termasuk dengan WHO tentu untuk menyanggupi syarat Good Clinical Practice (GCP), Good Manufacturing Practice (GMP), dan Good Laboratory Practice (GLP)," jelasnya.
Daniel mengaku belum bisa berkomentar lebih jauh perihal nasib vaksin Nusantara. Ia mengatakan saat ini tim peneliti masih fokus untuk merampungkan uji klinis, sehingga untuk sementara ini ia belum mengetahui apakah nasib Vaksin Nusantara akan dikomersialkan secara luas atau tidak.
Menurutnya, nasib Vaksin Nusantara sudah ditetapkan melalui nota kesepahaman alias MoU antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) pada 19 April 2021 lalu.
Dari MoU itu disepakati bahwa proses pengambilan sampel darah relawan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, itu hanya dilakukan guna kepentingan penelitian dan pelayanan. Artinya, proses Vaksin Nusantara ini bukan uji klinis vaksin untuk dimintakan izin edar oleh BPOM, melainkan hanya layanan kepada masyarakat.
Daniel Tjen mengklaim Vaksin Nusantara yang berbasis metode sel dendritik cocok digunakan sebagai booster vaksin atau vaksin dosis ketiga virus corona (Covid-19) lainnya.
Ia menyebut, vaksin yang diprakarsai oleh mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto itu merupakan vaksin autologous yang basisnya diambil dari darah individu dengan fokus pada pembentukan kekebalan seluler pada sel limfosit T. Dengan demikian, vaksin individu ini akan mampu menyesuaikan dengan platform lainnya.
Advertisement