Ibu Rumah Tangga Asal Giliketapang Tertular Covid-19 dari Suami
Seorang ibu rumah tangga asal Pulau Giliketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dilaporkan positif Covid-19. Diduga, dia tertular dari suaminya. Dengan menggunakan perahu nelayan tradisional, perempuan itu dievakuasi ke Probolinggo melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga, Senin, 20 Juli 2020.
Perempuan berusia 36 tahun itu tertular suaminya, yang bekerja sebagai sopir anggota DPRD Kota Probolinggo. Sang suami terkonfirmasi positif Covid-19, pada pertengahan Juli 2020. Diduga, pria tersebut sering mengikuti perjalanan dinas anggota DPRD ke sejumlah wilayah di Jawa Timur, termasuk Surabaya.
“Kami memang terus melalukan tracing di Giliketapang sejak diketahui sang suami positif Covid-19,” ujar Camat Sumberasih, Rahmad Hidayanto, Senin, 20 Juli 2020.
Perahu nelayan menjadi moda transportasi laut yang menghubungkan Giliketapang-Probolinggo. Termasuk saat penjemputan perempuan yang terpapar Covid-19 di pulau nelayan yang berjarak sekitar 5 mil laut dari Pelabuhan Tanjung Tembaga itu.
Penjemputan itu dikawal ketat Satgas Covid-19 Kabupaten Probolinggo dan petugas Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Probolinggo. Begitu berlabuh di pelabuhan, perahu pengantar dan nakhodanya dan anak buah kapal langsung disemprot cairan disinfektan.
“Baik suaminya yang terpapar Covid-19 lebih dulu, maupun istrinya, sama-sama orang tanpa gejala,” kata Camat Sumberasih.
Sementara itu Kepala KSOP Tanjung Tembaga, Subuh Fakhurohman mengatakan, pihak kesyahbandaran sudah menerapkan protokol kesehatan terhadap kapal yang berangkat dan tiba di pelabuhan. “Apalagi perahu dari Giliketapang ini mengangkut warga yang positif Covid-19, maka kami semprot disinfektan,” kata Rahmad Hidayanto.
Hingga hari ini, di Kabupaten Probolinggo warga yang positif Covid-10 terakumulasi 172 orang. Sebanyak 130 di antaranya sembuh dan 6 orang meninggal dunia.
Swab Massal
Untuk mencegah meluasnya Covid-19, Pemkab Probolinggo tidak hanya menggelar rapid test massal, tetapi juga tes usap (swab) terhadap warga. Hanya saja sasaran swab ditujukan kepada yang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP), dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
“Hal itu untuk mempercepat penanganan dan pencegahan Covid-19. Soalnya, hasil rapid test tidak bisa dijadikan tolok ukur,” kata Bupati Puput Tantriana Sari.
Dikatakan tes swab tidak untuk menghentikan rapid test massal yang selama ini dijalankan. Rapid test hanya dijadikan acuan untuk penyempurnaan data. “Hasil yang akurat tetap melalui swab,” katanya.
Swab dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) digekar du RSUD Waluyo Jati, Kraksaan sejak sekitar sepekan lalu. “Karena hasil rapid test akurasinya rendah maka perlu ditindaklanjuti dengan swab,” kata Puput Tantriana Sari.
Advertisement