I-BOT, Serangga Pencari Korban Bencana Karya Mahasiswa ITS
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggagas inovasi baru mendeteksi korban bencana. Alat ini ini diberi nama I-BOY.
Alat ini berupa serangga yang membantu tim penyelamat dalam operasi pencarian korban bencana.
Ketua Tim Spektronics, Michael Adrian Subagio mengungkapkan, ide awal inovasi ini bermula dari banyaknya serangga yang ada di Indonesia, sebagai negara tropis. Serangga ini memiliki daya penciuman yang luar biasa.
"Kalau pakai anjing butuh waktu paling nggak sebulan, kalau pakai serangga bisa langsung," katanya.
Menurut Michael, penggunaan serangga sebagai pendeteksi manusia korban bencana ini lebih mudah dan efektif ketimbang menggunakan anjing. Ukuran serangga yang kecil mempermudah serangga untuk bisa masuk ke sela-sela kecil, terlebih jika di tempat reruntuhan bencana gempa.
Untuk saat ini, timnya hanya membuat sistem untuk serangga jenis kecoa dan kumbang.
Sistem ini akan bekerja dengan memasang perangkat elektronik pada serangga hidup. Serangga hidup dianggap lebih fleksibel karena bergerak sesuai kemampuannya sendiri.
"Karena itu, kenapa pakai serangga asli dan bukan pakai robot mikro, karena nggak perlu tenaga tambahan seperti baterai atau perlu supply power," katanya.
Menurut Michael, serangga itu harus dipasangi perangkat elektronik. Namun, pemasangannya tidak akan menyakiti serangga. Penambahan perangkat hanya berupa backpack kecil yang diletakkan di atas serangga. Dari perangkat ini tim penyelamat bisa mendapatkan informasi tambahan di lokasi kejadian.
Kata Michael, dalam pengoperasian digunakan Internet of Things (IoT) berupa bluetooth sehingga gerakan serangga lebih terintegrasi. Menggunakan bluetooth dan perangkat amplifier tambahan untuk memperkuat sinyal, serangga-serangga tersebut diharapkan dapat mendeteksi korban bencana di lokasi yang sempit.
Michael menyebut ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan manusia dengan inovasinya ini. Pertama, menggunakan kemampuan alamiah serangga itu sendiri.
"Jadi kita manfaatkan kemampuan membau serta kemampuan deteksi suhu serangga untuk mendeteksi keberadaan manusia akan lebih mudah," katanya.
Cara selanjutnya yaitu dengan memanfaatkan mikrofon dan kamera berukuran mikro yang terpasang pada perangkat. Dengan memanfaatkan perangkat mikro ini, bisa melakukan live streaming. Operator juga nantinya bisa mengarahkan.
Lanjut Michael, pemanfaatan bluetooth untuk mendeteksi keberadaan serangga dan melakukan transmisi data masih memiliki kekurangan. Akurasi penelitian yang sudah ada sebelumnya tidak mencapai 100 persen. Sehingga untuk mendapatkan akurasi yang tinggi masih perlu dilakukan banyak riset.
"Kami berharap akan ada lebih banyak riset untuk inovasi ini kedepannya, karena ini masih tahap awal," pungkasnya.
Advertisement