Hyper-Abstrak Wahyu Nugroho
Oleh: Kharisma Nanda Zenmira
Pada masa revolusi seniman dengan karyanya menjadi alat propaganda kemerdekaan Indonesia. Poster berukuran 80x100 cm yang berisi gambar orang yang dirantai dan rantainya telah putus dibuat oleh pelukis terkenal zaman revolusi; Affandi. Model dalam gambar tersebut merupakan seorang pelukis legendaris; Dullah. Dan ditambah dengan sebuah kata yang mampu membangkitkan gelora semangat perjuangan, “Boeng, Ajo Boeng”, oleh Chairil Anwar. Poster tersebut kemudian diperbanyak untuk dikirim ke berbagai daerah oleh sekelompok pelukis siang dan malam untuk mempersuasi semangat juang rakyat.
Saat ini, setelah merdeka, kultur merayakan menjadi bagian yang harus selalu ada. Maka Studio Dinding Luar bekerja sama dengan Pethak Artspace merayakan kemerdekaan Indonesia dengan mengundang para seniman yang memiliki latar belakang juang berkarya seni.
Agustusan Seni Rupa ‘Merdeka Lebih Dalam’, berlangsung mulai 20-27 Agustus 2023 di Pethak Artspace, Junrejo, Batu. Mengusung konsep profil para seniman dengan semangat juang seninya. Perhelatan ini akan menjadi salah satu program annual Studio Dinding Luar dan Pethak Artspace untuk menyemarakkan hari kemerdekaan Indonesia.
Secara filosofis, merdeka dapat mencerminkan kebebasan dalam pikiran, yaitu kemampuan seseorang untuk memikirkan, menggali, dan mempertanyakan ide-ide, keyakinan, dan nilai-nilai yang ada. Hal ini melibatkan kemampuan untuk berpikir kritis, mandiri, dan berdialektika dengan pemikiran atau opini orang lain.
Salah satu seniman pada perhelatan ini yaitu Wahyu Nugroho. Wahyu lahir dan dibesarkan di Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Sejak kecil ia sudah menunjukkan minat mendalam di bidang seni. Setelah menyelesaikan pendidikan formal, ia memutuskan mengejar passion-nya di dunia seni rupa. Dalam perjalanan berkaryanya, setelah melewati berbagai genre seni lukis dan ‘drawing’, serta mengeksplorasi berbagai teknik dan media, Wahyu menemukan bahwa abstrak adalah bahasa yang paling cocok untuk memvisualisasikan kebebasannya dalam berekspresi seni.
Seni lukis abstrak telah menjadi salah satu bentuk ekspresi yang menarik dan mendalam di dunia seni rupa. Banyak seniman memilih gaya abstrak sebagai media untuk berekspresi karena alasan yang beragam. Gaya abstrak telah menghadirkan ruang tanpa batas bagi para seniman untuk menjelajahi kreativitas mereka. Beberapa gaya dalam seni lukis abstrak, antara lain: abstrak ekspressionis, abstrak kubistik, abstrak geometris, abstrak liris, De Stijl, tachism, action painting, dan sebagainya. Setelah melalui proses yang cukup panjang, yang diawali dengan karya-karya ‘intuitive drawing’, Wahyu mengembangkan eksplorasi dalam berekspresi seni lukis ke gaya hyper-abstrak.
Proses Berkarya Hyper-Abstrak
(penjelasan ini merupakan rangkuman hasil wawancara mendalam dengan Wahyu Nugroho)
Dalam berkarya hyper-abstrak, langkah pertama yang dilakukan Wahyu yaitu melibatkan ekspresi spontan dan intuitif, yang merupakan ciri khas dari ekspresionisme abstrak. Ia memulai dengan mengandalkan dorongan batin atau intuisi, membebaskan belenggu atas bentuk dan tema. Pada tahap ini, dengan melakukan goresan, sapuan warna, dan tumpahan yang muncul secara bebas, memungkinkan ekspresi naluri kreatif untuk berjalan tanpa hambatan. Hasil dari proses inilah yang dijadikan inspirasi utama oleh Wahyu dalam berkarya.
Setelah fase ekspresi intuitif selesai, Wahyu tidak berhenti sampai di situ. Terjadi pergeseran yang menarik. Ia melanjutkan dengan respons yang lebih teknis dan terinci. Respons ini melibatkan penggunaan teknik arsir yang memungkinkan untuk menghasilkan struktur dan tekstur yang teratur dan masif. Teknik arsir, dengan goresan-goresan paralel dan tumpukan garis-garis, menciptakan kedalaman visual dan menghadirkan detail lebih tinggi daripada yang biasa diperoleh dari ekspresi bebas.
Tujuan dari respons teknik arsir ini adalah untuk menciptakan ‘rasa estetik yang pas’ secara subyektif. Ia berusaha untuk mencapai keselarasan visual yang lebih matang dan berkesan. Dengan mengendalikan kontras, kesadaran, dan nilai dalam karya yang lebih teliti. Hasil akhirnya adalah suatu karya yang menciptakan harmoni antara ekspresi spontan dan ketertiban struktural.
Karya hyper-abstrak merupakan perpaduan antara ekspresi bebas dan respons teknis dengan menghasilkan sebuah harmoni yang unik antara kebebasan batin dan kontrol artistik. Pendekatan ini mengundang pengamat untuk menjelajahi kedalaman dan kerumitan karya, sambil tetap memberikan ruang bagi interpretasi pribadi. Melalui penggabungan ekspresi yang dalam dengan teknik yang rinci, Wahyu menciptakan karya yang merangkum esensi kreativitas dan kontemplasi dalam dimensi yang lebih luas.
Dalam proses berkarya hyper-abstrak komposisi dan citra bentuk dalam karya Wahyu berkembang melalui interaksi intens dengan karya yang sedang dikerjakan. Ia mengalami pengalaman yang mendalam dan reflektif saat ‘masuk’ ke dalam karya. Berdialog dengan elemen-elemen yang muncul dari proses spontan dan respons teknik.
Pada tahap ‘masuk’ ini, Wahyu menjalin ikatan emosional dan spiritual yang kuat dengan setiap goresan, sapuan warna, dan bentuk yang telah diciptakan. Secara intens berinteraksi dengan setiap elemen, seolah-olah ia membiarkan karya itu berbicara kepadanya dan merespons dengan kehadiran penuh perasaan dan kesadaran.
Dalam proses di atas, komposisi dan citra bentuk muncul ‘dengan sendirinya’. Wahyu menyebutkan bahwa komposisi dan citra bentuk tersebut kemudian diperjelas dengan gelap-terang atau perbedaan warna. Hal ini menunjukkan bahwa ia menggunakan elemen-elemen seperti nilai gelap-terang dan kontras warna untuk mengembangkan kedalaman dan dimensi visual dalam karyanya. Penggunaan gelap-terang dan perbedaan warna menggarisbawahi elemen-elemen tertentu, menyoroti area yang ingin dipertegas, dan memberikan dimensi ruang dan suasana.
Keseluruhan proses ini mencerminkan pendekatan yang sangat personal dan intens dalam berkarya. Bukan hanya sekedar membuat gambar visual, tetapi lebih pada pengalaman mendalam yang menghubungkan perasaan, pemikiran, dan refleksi dalam proses kreatif Wahyu. Hyper-abstrak dalam konteks ini mengandung dimensi spiritual dan pribadi yang kuat, menjadikan karyanya sebagai jendela ke dalam perjalanan batin dan ekspresi yang paling dalam.
Keyakinan dan totalitas Wahyu dalam berkarya menunjukkan mahligai dalam proses kreatifnya. Menghubungkan ekspresi visual dengan dimensi yang lebih dalam, termasuk dalam hal spiritualitas, suasana batin, kepribadian, renungan, pengetahuan, dan pengalaman perjalanan hidup. Hal ini menggambarkan pendekatan yang holistik dan personal dalam berkarya, yang meleburkan berbagai aspek kehidupan dan pengalaman dalam setiap goresan dan sapuan warna yang diciptakan.
Intensitas penghayatan yang dilakukan selama proses berkarya menunjukkan bahwa setiap goresan dan sapuan warna bukan hanya hasil dari gerakan fisik, tetapi juga mengandung energi emosional dan spiritual yang kuat. Setiap langkah dalam proses kreatifnya adalah bagian dari dialog internal yang mendalam, di mana ia merespons elemen-elemen karya dengan hati, pikiran yang utuh, dan refleksi batin yang kaya.
Secara keseluruhan, pendekatan Wahyu dalam berkarya menciptakan jembatan antara dimensi visual dan dimensi batin. Bahwa bukan hanya sekedar tampilan estetis, tetapi juga wadah untuk membagikan perjalanan spiritual dan pemahaman mendalam terhadap dunia dan kehidupan.
Pada proses berkaryanya, Wahyu Nugroho menggenapi tema ‘Merdeka Lebih Dalam’ yang dimaknai sebagai kebebasan individu untuk mengambil tanggung jawab atas hidup mereka sendiri, mengikuti minat dan hasrat mereka, serta berusaha untuk mencapai kepuasan dan pencapaian dalam mengaktualisasi gagasan kreatifnya. Sehingga seniman dapat ikut berperan dalam mengembangkan kebudayaan peradaban manusia dan pergerakan seni di lingkungannya.
*Kharisma Nanda Zenmira, penulis seni tinggal di Purwosari, Kab. Pasuruan