Hutan Bambu Keputih: Arashiyamanya Jatim yang Terabaikan
Surabaya selain dikenal sebagai kota pahlawan, ternyata juga memiliki banyak tempat wisata yang layak untuk dikunjungi. Mulai dari bangunan peninggalan sejarah, taman, hingga wisata alam. Salah satu wisata murah yang bisa dikunjungi adalah hutan bambu Keputih.
Hutam bambu ini terkenal sebagai replika dari Arashiyamanya Jepang. Di Jawa Timur, satu-satunya hutan bambu adanya di Surabaya, di Jalan Bumi Marina Emas Keputih. Yang menjadi daya tarik adalah pemandangan bambu alami yang ikonik sebagai latar belakang foto.
Berlokasi dekat dengan Terminal Keputih dan Taman Harmoni, hutan bambu ini cukup mudah dijangkau. Dari pintu masuk pengunjung dimanjakan dengan asrinya pemandangan hijau nan alami. Pagi itu, Ngopibareng.id disambut Muhammad Idris, penjaga pakir pada 23 Februari 2020.
Mengenakan kaos merah dan duduk di kursi kayu, dengan santai ia menceritakan awal mula hutan bambu itu ada.
Dahulu hutan bambu ini merupakan tempat pembuangan sampah. Banyak pemulung yang datang dan memunguti sampah. Tempatnya kumuh, dijadikan tempat buang air dan tempat tidur anjing liar. Hingga akhirnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan perombakan kawasan dengan penanaman bambu.
“Ini dulu tumpukan sampah. Tahun 2007 ini diratakan semua dan setahun selanjutnya baru ada penanaman bambu dari pemkot” kata Idris
Awal penanaman bambu hanya berjumlah lima biji. Penanaman itu dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surabaya, tepatnya tahun 2008. Sayangnya, setelah menanam, bambu tersebut tidak pernah diurus.
Lambat laun, bambu berkembangbiak dan menjadi banyak. Beberapa tahun kemudian, hutan bambu mulai dikenal masyarakat luas. Dengan duduk santai, bapak dua anak itu menceritakan awal hutan ini ada pengunjung.
Penamaan hutan bambu diberikan seorang fotografer yang kala itu hunting spot untuk foto. Baik pre wedding maupun untuk film.
“Dulu mulai ramai tahun 2013. Awalnya ada fotografer yang hunting nyari tempat buat pre-wed sma buat film. Lokasinya masih alami dan bayarnya murah cuma parkir saja” cerita Idris sambil mengingat
Di tahun yang sama, Idris mulai aktif menjaga dan mengembangkan potensi wisata hutan bambu. Mulai dengan pembangunan jembatan, penambahan fasilitas tempat duduk, dan tempat sampah, hingga penambahan tempat parkir dan ornamen bambu berbentuk love.
Dalam pengelolaannya, pria asli Keputih itu melakukannya seorang diri dan tanpa dibantu pemkot sama sekali. Sempat, tahun 2015 ada organisasi pecinta alam bernama SAS membantu membersihkan hutan setiap minggunya. Namun, kala itu hanya bertahan satu tahun.
“Dari dulu pemkot lepas tangan, ini yang bersihkan dan ngurus saya sendiri. Tahun 2015 ada SAS sih, pecinta alam gitu tapi Cuma sampai 2016. Mereka ada konflik internal,” kata Idris.
Tahun 2015 Masa Kejayaan Hutan Bambu
Pada tahun 2015 hutan bambu didatangi lebih banyak pengunjung sampai parkirnya meluber. Mayoritas yang datang dari luar kota, seperti Lamongan dan Gresik. Bahkan sampai luar negeri, seperti Malaysia hingga bule Eropa.
“2015 ramai-ramainya. Sehari bisa sampai seribu pengunjung. Rata-rata orang luar kota, ada yang luar negeri juga” cerita Idris
Untuk bisa berfoto, pengunjung hanya perlu merogoh Rp 2 ribu untuk biaya parkir. Di kawasan yang berluaskan 600 m ini pengunjung membutuhkan waktu 45 menit untuk sampai di ujung hutan. Hutan masih asri, rindang dan adem sehingga banyak pengunjung yang datang. Tak peduli hujan atau panas pengunjung masih saja berdatangan silih berganti.
“Ini dulu tak peduli hujan atau tidak. Tempatnya bagus, masih asri, adem. Bambunya juga banyak juga. Parkirannya sampai bingung” ujar Idris.
Pengunjung kebanyakan datang saat hari-hari libur. Seperti saat weekend dan tanggal merah.
Menariknya, jika ada yang ingin melakukan sesi foto pre wedding pengunjung tidak perlu membayar apapun. Cukup biaya parkir atau uang kebersihan saja. Pria asli Keputih itu menjelaskan alasan ia tidak mematok tarif.
“Saya nggak mau tarik uang. Soalnya ini bukan punya saya. Ya walaupun dari dulu saya sendiri yang menjaga kebersihan tempat ini” ucap Idris
Hutan Bambu Sepi Pengunjung Sejak Ada Sutet
Dua tahun setelah mengalami masa kejayaan, hutan bambu menjadi sepi. Penyebabnya ditengarai didirikannya menara sutet oleh PLN Surabaya dan dibangunnya Taman Harmoni.
Jika dulu pelanggannya hingga mencapai delapan ratus orang lebih, sekarang mengalami penurunan 90%. Semenjak ada sutet, keindahan hutan bambu mulai pudar. Terowongan ala Arashiyama Jepang tertutup kokohnya menara. Hal ini diperparah dengan banyaknya bambu yang ditebang pemkot sendiri dan jumlahnya ratusan pohon.
“Dulu sini masih sepi belum ada sutet dan taman juga. Semenjak ada sutet ini semuanya jadi morat-marit” keluhnya.
Idris pun menyayangkan kondisi hutan bambu yang sekarang. Kata dia, hutan bambu ini sebenarnya aset Pemkot Surabaya yang bisa dimanfaatkan. Namun sayangnya, justru Pemkot Surabaya, ia anggap lepas tangan.
"Pemkot juga yang merusak hutannya. Itu rusak semua, sama pemkot bambunya banyak yang ditebangi. Dalam sekali tebang bisa 300 hingga 500 pohon,” ujarnya sedih.
Jika dulu ia bisa menghasilkan ratusan ribu dalam sehari, sekarang paling banyak hanya Rp 20 ribu. Sebagai tambahan ia menyewakan kamera yang per jamnya seharga Rp 50 ribu.
Faktor lain penyebab turunnya pengunjung adalah cuaca hujan. Pengunjung menurun karena kondisi hutan basah dan banyak nyamuk.
Kedepannya, ia berharap hutan bambu bisa dikembangkan. Selain itu pemkot juga mau turun tangan dalam menjaga hutan ini.
“Ini kan aset Surabaya yang harus dijaga. Semoga ke depannya bisa lebih dikembangkan. Tapi dengan adanya sutet ini membuat saya pesimis,” tutupnya