HUT Ke-75 RI, Hotel Tugu Malang Hadirkan Menu Jawa Kuno
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Ke-75 Republik Indonesia (RI), Hotel Tugu Malang menghadirkan menu spesial dengan tema 'Delapan Tradisi Makanan Bungkus Daun Jawa Kuna'.
Director of Communication Hotel Tugu, Pratiwi Sasotya, mengatakan menu ini dihadirkan saat momen kemerdekaan RI untuk mengenalkan kembali tradisi nusantara kepada masyarakat, khususnya di bidang kuliner.
"Kami memilih tema ini sebagai ajakan untuk kembali kepada tradisi, sesuai dengan misi kami, yakni melestarikan budaya Indonesia," tuturnya pada Minggu 16 Agustus 2020.
Dalam penyajiannya, semua menu akan dibungkus dengan daun pisang. Dipilihnya daun pisang untuk membungkus makanan karena mengandung antioksidan. Selain itu, daun pisang juga memiliki nilai historis dalam sejarah makanan nusantara.
"Bungkus daun yang sudah digunakan sejak zaman kerajaan yang merupakan tradisi Jawa yang tetap populer karena kegunaannya," kata Pratiwi.
Dia menjelaskan, menu khas Jawa Kuna yang disajikan ada berbagai macam. Di antaranya adalah empat macam botok yang terdiri dari botok bungkus tum, yaitu botok ceker, botok tahu tempe kemangi, botok lamtoro dan botok ikan teri yang dibungkus dengan gaya tum.
"Ada juga nasi tempelang merah putih yang merupakan nasi merah dan putih bungkus tempelang dengan bentuk seperti segitiga dengan ujung terbuka," jelasnya.
Pratiwi menjelaskan, nasi tersebut disajikan dengan berbagai macam lauk dan pauk, seperti ayam bumbu rujak, serundeng daging, telor, sambal goreng tempe, urapan sayur kebun, terik tahu dan telor puyuh, sambal dan peyek kacang yang disusun di sekeliling tempelang dalam bermacam-macam bentuk wadah daun pisang.
Menu unik lainnya yaitu, nasi lodeh ikan jambal dalam takir yang disajikan dalam wadah takir, berbentuk seperti mangkuk persegi panjang. Makanan tersebut dilengkapi dengan sambal, udang goreng kering, bakwan jagung, krupuk puli dan nasi tempelang.
"Menu ini terinspirasi dari cerita unik di masa lalu tentang asal muasal lodeh. Pada saat terjadi wabah, tradisi orang-orang Jawa mempercayai bahwa lodeh merupakan makanan penolak bala," ujar Pratiwi.
Advertisement