HUT Ke 38, Ponpes Asshiddiqiyah Jakarta Dibangun dari Triplek
,Peringatan HUT ke 38 Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Kedoya, Kebun Jeruk Jakarta Barat, berlangsung meriah. Lebih dari 7.500 terlibat langsung dalam rangkain peringatan Harlah Pondok Pesantren yang cukup megah tersebut.
Pondok Pesantren Asshidiqiyah didirikan oleh KH Nur Mahammad Iskandar. Kiai asal Banyuwangi Jawa Timur itu wafat pada 13 Desember 2020. Sekarang digantikan oleh putra sulung almarhum, yakni Gus Mahrus.
Kepada Ngopibareng.id, Gus Mahrus mengatakan HUT Asshidiqiyah kali ini diselenggarakan secara sederhana dilaksanakan oleh para santri dan pengasuh.
"Kami hanya memberi pengarahan saja, santri Asshiddiqiyah harus membangun silaturahmi yang baik, walaupun berasal dari bemacam-macam suku, kita semua bersaudara," kata Gus Mahrus, Sabtu 9 September 2023.
Meski acara hari ulang tahun diadakan secara sederhana, tapi cukup meriah. Diawali dengan bazar, kemudian Asshiddiqiyah bersolawat, yang diselenggarakan pada Jumat malam 8 September 2023.
Sabtu 9 September diisi dengan karnaval Nusantara, di Jalan Panjang Kedoya, yang diikuti perwakilan Asshiddiqiyah di seluruh Indonesia. Mereka memakai pakaian adat dari daerahnya masing-masing. Rangkaian acara HUT Asshiddiqiyah akan diakhiri dengan pentas tari di Gedung Serbaguna Asshiddiqiyah.
Berawal Pondok Triplek
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam dan lembaga sosial keagamaan yang didirikan oleh KH. Noer Muhammad Iskandar SQ.
Asshiddiqiyah ini dibangun di atas tanah seluas 2000 meter, wakaf dari keluarga H. Abdul Ghoni Dja‟ani kepada H. Rosyadi, kemudian diwakafkan kembali kepada Kiai Noer.
Pada saat itu, tanah tersebut masih dipenuhi rawa dan sawah serta terdapat kubangan kerbau. Dalam membangun Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Kiai Noer menggunakan beberapa cara. Pertama, diawali dengan membangun sebuah musala kecil dengan menggunakan triplek.
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah dirintis dengan keprihatinan. Namun, dalam keprihatinan tersebut Kiai Noer punya keyakinan yang cukup kuat, bahwa kelak lembaga pendidikan pondok pesantren ini akan maju dan berkembang pesat.
Yang kedua pada tahun 1986, cara yang ditempuh Kiai Noer dalam mengembangkan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, yaitu dengan membuka SMP Manba‟ul Ulum Asshiddiqiyah, Madrasah Aliyah Manbaul Ulum Asshiddiqiyah dan Ma‟had‟Aly Saa‟idusshiddiqiyah (Sekolah Tinggi Agama Islam, setara Strata 1) di kawasan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta.
Nama Manba‟ul Ulum digunakan untuk penamaan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Nama tersebut, diambil dari nama pondok pesantren yang dibangun oleh ayah Kiai Noer yaitu Kiai Iskandar di daerah Sumber Beras, Banyuwangi, Jawa Timur. Sebelum lembaga pendidikan ini resmi berdiri, Asshiddiqiyah justru mengawali pendidikannya dengan sistem pengajaran Ribathiah, yakni sebuah kholaqoh salaf.
Para santri Ribathiah ini belajar dan mengaji kepada guru dan kiai sambil memegang salah satu bidang pekerjaan di pondok itu. Selain itu, juga diadakan pengajian mingguan.
Anak-anak remaja dan pemuda banyak yang tertarik dan ikut ke pengajian itu. Dari bekal santri Ribathiah dan santri mingguan, Kiai Noer mencoba mendirikan lembaga pendidikan formal. Pada saat itu perhatian masyarakat terhadap Pondok Pesantren Asshiddiqiyah masih kecil.
Tetapi Kiai Noer tetap berjuang untuk membuka lembaga pendidikan Islam. Murid pertama yang mengikuti lembaga pendidikan Islam berasal dari santri Ribathiah. Santri pertama berjumlah 30 santri putra dan putri.
Setahun sudah Madrasah Tsanawiyah berjalan. Ternyata kepercayaan masyarakat mulai meningkat, banyak orang berdatangan untuk menyantri di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah. Kepercayaan ini adalah amanat yang Kyai Noer terima dan wajib menjalankannya dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga.
Pada tahun kedua Kiai Noer sudah harus membuka Madrasah Aliyah untuk menampung semua santri yang ada di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah.
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kebon Jeruk Jakarta Barat ini adalah Pondok Pesantren Asshiddiqiyah yang pertama .
Dari bangun triplek, Asshiddiqiyah kini menjadi pondok pesantren di Jakarta yang megah, dan memiliki 12 cabang. Di antaranya Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II, Batuceper, Tanggerang, Banten. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah III, Cilamaya Wetan, Karawang, Jawa Barat.
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah IV, Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah V, Cilamaya Wetan, Karawang, Jawa Barat. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah VI, Serpong, Tanggerang Selatan, Banten. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah VII, Cijeruk Bogor, Jawa Barat. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah VIII, Musi Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah IX, Putra Buyut, Lampung Tengah. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah X, Cianjur, Jawa Barat, dan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah XI, Way Kanan, Lampung.
Jumlah santrinya pun terus bertambah, dari semula cuma lima orang, kini lebih dari 35 .000 santri yang belajar di 12 cabang. Sampat saat ini, Pesantren Asshididlqiyah telah memiliki sekitar 75.000 alumni yang tersebar di seluruh Indonesia. Di antara mereka ada yang mempunyai jabatan di pemerintahan, anggota DPR, TNI/ Polri dan guru.