Humor Zaman Antre: dari Langka Minyak Goreng ke Antrean Solar
Indonesia hari-hari ini penuh kelucuan. Kelucuan diawali dengan kelangkaan bahan pokok dan sembako. Kelangkaan minyak goreng, terjadi di negeri penghasil kopra yang melimpah produknya tapi ketersediaan minyak goreng tiba-tiba menghilang di pasaran.
Kini, setelah ada kenaikan BBM secara diam-diam, ada kelangkaan pertalite dan solar, di SPBU. Mobil-mobil besar, truk dan tronton terlihat berjajar antren di mana-mana, termasuk pemandangan mengejutkan itu terjadi di Surabaya.
Ya, kita nikmati saja situasi ironi dengan kelucuan yang, semoga saja, menjadikan kita ketawa sendirian.
Antrean Pertalite di SPBU
Suatu siang di sebuah SPBU, seorang sopir yang sedang mengantar pesanan minyak goreng mengeluh di antrean yang panjang.
Sopir: "Pertalite ada, Mas?"
Petugas: "Kosong, Mas. Sedang dalam perjalanan."
Sopir: "Jalan pake apa?"
Petugas: "Ya truk tangki-lah."
Sopir: "Kok gak datang-datang?"
Petugas: "Truk-nya sedang antre solar mas.."
Sopir: "Lha petugas yangg jual solar ke mana ?"
Petugas: "Lagi antre makan di warung sebelah."
Sopir: "Lha kok lama banget antre makannya, emang penjual di warung ke mana?"
Petugas: "Lagi antre minyak goreng, mas buat nggoreng tempe."
Sopir: "Lha yang jual minyak goreng mana?"
Petugas: "Nunggu kiriman minyak goreng mas, mobil yang antar lagi antre Pertalite."
Saling Mengancam di Bank
Seorang perempuan dan gadis cilik sedang berdiri di antrean di bank menunggu teller melayani. Anak itu menjadi sangat marah dan ibunya berusaha menenangkannya. Karena habis kesabaran, ibunya berkata dengan suara cukup keras, "Jika kamu tidak diam sekarang, ibu akan menarik celana kamu di depan seluruh orang di bank dan memukul pantatmu!!"
Anak kecil itu kemudian berbicara lantang, "Jika ibu memukul pantatku, aku akan memberitahu seluruh bank bahwa aku melihat ibu mencium alat pipis ayah."
Jasa Tanda Tangan
Ada seorang paman sedang menjual ketela panggang di dekat sebuah SD. Pada suatu hari, seorang murid SD karena lupa menyerahkan PR-nya kepada bapaknya untuk ditanda-tangani, ia minta paman penjual ketela panggang itu bantu membubuhi paraf, dan permintaan tersebut akhirnya dikabulkannya. Sesudah mendapatkan paraf tersebut, murid itu membeli sebuah ketela panggangnya sebagai pernyataan terima kasih.
Kemudian, para murid SD yang minta bantuan kepada paman itu kian hari kian banyak. Pada suatu hari, ada 7 sampai 8 murid SD antrean menunggu tanda tangannya.
Melihat keadaan ini, seorang pejalan kaki yang tak tahu duduk perkaranya mengeluh: "Sekarang, sampai-sampai orang yang menjual ketela panggang pun harus tanda tangan ketika melakukan penjualan."