Humor Pesantren: Grogi saat Pidato, Santri Cerdik dan Seekor Sapi
Pondok pesantren menyimpah khazanah humor. Tak hanya para kiai yang suka humor, tapi para santri pun terbiasa dengan lelucon dan humor.
Mulai dari menertawakan tindak-tanduk teman, hingga pada keganjilan saat-saat serius. Termasuk menertawakan diri sendiri -- sesuatu yang kini langka di masyarakat.
Grogi Saat Menyampaikan Pidato
Si Kosim yang pernah sekolah dipesantren terkenal, mendapat pelajaran pidato didepan temen temennya. Maksudnya buat menguji ilmu yang udah di pelajari ama memberanikan diri si Kosim buat ngoceh di depan orang banyak nantinya suatu saat.
Memang, dasar dia orangnya pemalu. Belum apa-apa sudah keluar keringat dingin di muka. Dan sebelum naik ke mimbar, dia nyamperin temannya si Sidik, yang emang udah biasa ngoceh didepan umum buat minta saran ama petunjuk buat dirinya.
Kosim : "Bang Sidik, saya deg-degan nih dan juga masih takut buat pidato.
Sidik : "Buat nguatin mental kamu, tentu orang di depan kamu semua juga baru masih pada belajar,anggap saja mereka itu semua kardus kardus.Udah naik sana kemimbar,baca Bissmillah."
Kosim lalu naik ke mimbar,dan setelah menyampaikan kata-kata pembukaan yang emang dudah biasa dia ucapkan,dia bilang sebagai berikut :
Kosim : "Saya berani berdiri disini, lantaran saudara-saudara semua yang hadir disini cuma saya anggap "kardus" semuanya.
Dengar teman-temannya dianggap kardus, karuan saja teman-temannya pada jengkel hatinya sama si Kosim dan teriak sama-sama : "Huuuu..turun...turun....turun...."
Santri Cerdik dan Seekor Sapi
Seorang santri baru saja lulus Aliyah di Pondok Pesantern dengan nilai jayyid jiddan (lumayan pintar). Dia pun berencana mengadu nasib di Jakarta.
Saat tiba di Stasiun Pasar Senen, dia melihat kerumunan orang. Rupanya sedang ada kecelakaan. Di Jakarta, kecelakaan biasanya memang menjadi tontonan yang menarik, maka dia pun memutuskan untuk ikut menonton.
Namun teryata kerumunan itu terlalu berjubel sehingga ia tidak bisa melihat korban dengan jelas, apalagi postur tubuhnya yang memang kecil. Jadi, jangankan mendekat, untuk melihat korban saja sulit. Berhubung karena merupakan santri berotak cemerlang, maka dia tidak kurang akal dan langsung berteriak-teriak sambil pura-pura panik.
"Saya keluarganya.. Saya keluarganya.. Minggir.. Tolong minggir !" katanya sambil mengacungkan jari dan mendesak maju menerobos kerumunan orang-orang tersebut.
Orang-orang pun memandanginya, dan ternyata si santri memang berhasil. Mereka langsung memberi kesempatan kepada santri itu untuk menghampiri korban kecelakaan. Santri itu pun langsung mendekati korban kecelakaan. Dan, betapa terkejutnya ketia dia melihat dengan jelas korban kecelakaan yang diakuinya sebagai keluarganya itu ternyata adalah seekor SAPI!