Humor Khas: Di Akhirat Para Suami pun Berbaris, Agenda Padat Kiai
Di kalangan kiai pesantren dan para santri, selalu ada hal yang dibincangkan dan menghadirkan suasana lucu. Dakwah dengan jalan padat humor menjadi bagian penting sehari-hari mereka.
Tak ada ketegangan dalam dialog, meski terkadang beda pendapat dipadang mengkhawatirkan tali ukhuwah (persaudaraan) di antara mereka. Akhirnya, memang ada ungkapan rileks: berawal "gegeran" akhirnya berujung dengan "ger-geran". Begitulah karakter khas orang-orang dari subkultur pesantren.
Ada ketegangan, ada kelucuan. Maka mencairlah suasana menjadi riang dan bahagia. Sebahagia yang dibutuhkan di masa pandemi yang belum sepenuhnya berkahir ini.
Barisan Para Suami di Akhirat
Suatu ketika para malaikat mengumpulkan suami-suami di akhirat. Malaikat ingin mengetahui seberapa banyak para suami yang mampu memimpin istrinya.
Kemudian malaikat mengelompokkan para suami ke dalam dua baris. Barisan pertama masuk dalam kelompok “suami memimpin istri”, sedangkan barisan kedua masuk dalam kelompok “suami dipimpin istri”.
Setelah beberapa saat, malaikat memeriksa barisan dan melihat hanya ada satu suami di barisan "suami memimpin istri”, yang lainnya ada dalam barisan "suami dipimpin istri".
"Aku sangat kecewa, bukankah suami diciptakan menjadi pemimpin istrinya, bukan sebaliknya? Lihat pria ini, kalian harus mencontoh pria satu ini."
"Kau membuatku bangga, katakan bagaimana cara hidupmu hingga hanya engkau yang berada di barisan pertama ini," ujar malaikat.
"Enggak tahu, tadi saya disuruh istri saya berdiri di sini dan enggak boleh kemana-mana,” ujar si pria yang berdiri sendirian itu.
Kiai dan Agenda Padatnya
Saat teknologi belum secanggih sekarang, para kiai pondok pesantren yang kerap diundang ceramah dan kegiatan lain-lain menulis agendanya di buku catatan atau bahkan hanya sekadar melingkari tanggal di kalender.
Namun, sudah menjadi kebiasaan para kiai pesantren tidak menuliskan agenda dalam buku khusus. Tetapi mereka hanya membuat lingkaran di kalender yang terpampang di ruang tamunya.
Semakin banyak lingkaran, semakin sibuklah sang kiai. Sejurus dengan itu, semakin kebingungan juga sang kiai, agenda mana yang harus ia kunjungi.
Tulisan di kalender tidak nampak jelas, ditambah lagi dengan tulisan campuran huruf latin kearab-araban atau huruf Arab yang sulit dibedakan dengan sandi rumput.
Dengan kondisi seperti itu, akhirnya sang kiai hanya akan menunggu telepon dari panitia atau shohibul bait. ”Kriiiing.....” “Ya halo, dengan siapa ini?” tanya sang kiai.
“Saya sendirian kiai, tidak sedang dengan siapa-siapa,” ujar si penelpon yang diketahui panitia pengajian.
*) Dipetik dari Humor Santri, nu-online.