Konghuchu NU, Humor Gus Dur Membela Minoritas
Zaman Orde Baru, masyarakat Konghuchu mendapat perlakuan tak menarik. Mereka mengalami diskriminasi. Begitu pun selalu ada "jalan keluar" untuk mengatasi ketegangan sosial, seperti kisah ini.
Kisah ini kembali diceritakan Bunshu Bingky Irawan, anggota presidium Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN).
Dia bercerita, dalam suatu kesempatan, Bingky diajak Gus Dur ke Pesantren. Karena merasa tidak aman dikuntit Intel, Bingky akhirnya ikut Gus Dur. "Saya bilang, apa tidak bahaya Gus, saya ikut pesantren?
Beliau jawab,"Tidak apa-apa kalau salau sama saya (Gus Dur)."
Sesampai di pesantren, benar saja, banyak yang bertanya. "Kok ada orang Cina ikut-ikut masuk pesantren? Lainnya menatap tidak mengenakkan."
"Gus Dur lalu memperkenalkan ke masyarakat. 'Ini orang Tiongkok yang tidak bisa salat tapi sudah NU’," ujar Bingky menirukan Gus Dur.
"Saya terus nanya, sampean bagaimana to Gus. Masak saya dianggap NU?"
Gus Dur jawab," Lha bener 'kan. Biar selamat yang minoritas nderek (ikut) yang mayoritas."
Mendengar jawaban Gus Dur, Bingky hanya jawab, "Iya..,iya.., benar juga."
Menurut Bunshu Bingky Irawan, apa yang dimaksud Gus Dur dengan guyonan tersebut adalah bahwa kaum Tionghoa di masa Orde Baru adalah kelompok minoritas dan tertindas.
Pesan yang dimaksud Gus Dur, orang NU sebagai golongan mayoritas diminta menjadi pelindung kelompok-kelompok minoritas.