Bolehkah Membully Orang di Medsos?, Ini Kata Gus Nadir
Media sosial tak hanya memarakkan hoaks. Ia juga gampang membuat orang membully lainnya. Melecehkan orang lain, menghina orang lain, dan mengata-ngatai orang lain menjadi sesuatu yang biasa.
Apalagi dengan munculnya buzzer-buzzer medsos yang terus marak belakangan. Mereka menjadi pasukan tokoh politik maupun partai yang saling berbalas hinaan dan cercaan. Seperti lahirnya istilah kampret, cebong, kadal gurun dan sebagainya.
Bully berasal dari istilah Inggris. Artinya penindasan, perundungan, perisakan atau pengintimidasian. Penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain.
Bully bisa berwujud kebiasaan melecehkan secara lisan atau ancaman. Juga kekerasan fisik atau paksaan secara berulang kali terhadap korban tertentu. Itu dilakukan bisa atas dasar rasa, agama, gender, seksualitas atau kemampuan.
Dalam Islam , fenomena bully ini disebutkan dalam Surat al-Hujurat. ''Al-Muakkaram KH A Mustofa Bisri pernah mengingatkan kita untuk sering-sering menyimak surat al Hujurat,'' kata Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCNU Australia-Newe Zeland yang juga dosen senior di Monash University.
Dalam menjelaskan soal bully ini, Gus Nadir --demikian ia biasa dipanggil-- mengutip ayat 11 Surat al-Hujurat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَاتَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
(Yā ayyuhallażīna āmanụ lā yaskhar qaumum ming qaumin 'asā ay yakụnụ khairam min-hum wa lā nisā`um min nisā`in 'asā ay yakunna khairam min-hunn, wa lā talmizū anfusakum wa lā tanābazụ bil-alqāb, bi`sa lismul-fusụqu ba'dal-īmān, wa mal lam yatub fa ulā`ika humuẓ-ẓālimụn)
Ayat ini artinya, ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kaum lelaki dan perempuan mengolok-olok yang lain, boleh jadi yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah kefasikan sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Dalam menafsirkan ayat ini, Gus Nadir memulainya yang mengutip sejumlah kitab tafsir untuk melihat sebab turunya ayat ini. Ia mengutik Tafsir al-Maraghi:
روى أن الآية نزلت فى وفد تميم إذ كانوا يستهزئون بفقراء أصحاب النبي صلّى الله عليه وسلّم كعمار وصهيب وبلال وخبّاب وابن فهيرةوسلمان الفارسي وسالم مولى أبى حذيفة فى آخرين غيرهم لما رأوا من رثاثة حالهم. وروى أنها نزلت فى صفيّة بنت حيىّ بن أخطب رضىالله عنها: أتت رسول الله صلى الله عليه وسلّم فقالت: «إن النساء يقلن لى: يا يهودية بنت يهوديين، فقال لها: هلّا قلت: أبى هارون، وعمىموسى، وزوجى محمد»
Dalam tafsir ini disebutkan bahwa ayat ini turun terkait dengan adanya ejekan yang dilakukan kelompok dari Bani Tamim terhadap para sahabat Rasul yang miskin seperti Bilal, Shuhaib, Salman al-Faris, Salim maula abi huzaifah, dll.
Di riwayat lain, kata Gus Nadir, disebutkan bahwa ayat ini terkait dengan ejekan sebagian perempuan kepada Shafiyah binti Huyay bin Akhtab (salah seorang istri Nabi) yang keturunan Yahudi. Nabi kemudian berkata kepada Shafiyah: “mengapa tidak kamu katakan kepada mereka bahwa bapakku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa dan suamiku Nabi Muhammad?!”
Sedangkan kitab Tafsir Ibn Asyur punya kisah lain. :
وروى الواحدي عن ابن عباس أن سبب نزولها : «أن ثابت بن قيس بن شمَّاس كان في سمعه وَقْر وكان إذا أتى مجلس النبي صلى الله عليهوسلم يقول : أوسِعوا له ليجلس إلى جنبه فيسمع ما يقول فجاء يوماً يتخطى رقاب الناس فقال رجل : قد أصبتَ مجلساً فاجلِس . فقال ثابت : مَنْ هذا؟ فقال الرجل : أنا فلان . فقال ثابت : ابنُ فلانة وذكر أمًّا له كان يُعيّر بها في الجاهلية ، فاستحيا الرجل . فأنزل الله هذه الآية»
(Al-Wahidi meriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ayat ini berkenaan dengan Tsabit bin Qais, seorang sahabat Nabi yang terganggu pendengarannya, dan karena itu beliau melangkahi sekian banyak orang di majelis Nabi untuk bisa berdekatan dan mendengar taushiyah Nabi. Tsabit ditegur oleh seseorang, tapi Tsabit balas bertanya: “siapakah ini?” Ketika orang itu menjawab, “saya fulan”, maka Tsabit menyatakan bahwa orang itu anak fulanah yang terkenal memiliki aib pada masa jahiliyah. Maka malulah orang tersebut, dan turunlah ayat ini menegur Tsabit.)
Berdasarkan kutipan dari dua kitab tafsir yang menjelaskan sebab-sebab turunya ayat 11 al-Hujurat itu, Gus Nadir menegaskan bahwa kita tidak boleh menghina atau melecehkan (membully) orang lain karena kemiskinannya, karena keturunan agama tertentu seperti Yahudi, atau karena keluarganya memiliki aib atau cela. Pesan al-Qur’an luar biasa dahsyatnya: boleh jadi yang kalian olok-olok itu lebih baik dari kalian di sisi Allah.
''Membully dilarang bukan saja karena menimbulkan perasaan malu bagi korban karena kehormatan dirinya dijatuhkan, tapi juga terselip perasaan bahwa kita yang membully ini lebih baik dari orang lain sehingga kita berhak melecehkan mereka, atau bisa jadi terselip perasaan iri hati bahwa orang lain itu lebih baik dari kita dan untuk menutupi ketidaksukaan kita akan kelebihan mereka, maka kita membully mereka,'' katanya.
Merusak kehormatan orang lain, lanjut Gus Nadir, memiliki perasaan sombong lebih baik dari orang lain atau dengki/iri hati akan kelebihan yang lain –semuanya tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. ''Ini adalah perbuatan zhalim,'' tegas kiai muda yang produktif menulis buku ini.
Ia kemudian mengakhiri penjelasannya dengan mengutip Imam Syafi’i dari kitab al-Mustathraf fī kulli fannin mustazhraf yang dimodifikasi sesuai dengan era medsos.
“jika hendak ngetwit, pikir dulu sebelum diposting …”
إذا أراد أحدكم الكلام فعليه أن يفكر في كلامه
”…..jika nyata dari twitmu ada maslahat, ngetwit-lah…..”
فان ظهرت المصلحة تكلم
“….tapi kalau masih ragu, jangan ngetwit dulu hingga jelas maslahatnya”
وإن شك لم يتكلم حتى تظهر
''Semoga kita semua bisa menahan diri untuk tidak membully orang lain baik di kehidupan nyata maupun di dunia medsos. Semoga kita terus menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermanfaat untuk sesama. Amin Ya Allah. Tabik,'' kata Gus Nadir mengakhiri tulisannya.