Hujan di Musim Kemarau
Dilaporkan terjadi hujan cukup deras di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur sejak siang hingga sore hari masih belum reda. Tulis seorang anggota grup whatsapp yang dikelola oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda pada pertengahan Juni 2019.
Informasi terkait dengan peristiwa hujan di awal musim kemarau ini kemudian mendapatkan respons cepat dari petugas BMKG Juanda.
Dimana, sesuai dengan penanggalan musim dari BMKG menyatakan jika bulan Juni seharusnya Jawa Timur sudah memasuki musim kemarau. Artinya, sudah tidak ada hujan, apalagi dengan intensitas deras.
Namun, pada tahun ini agaknya ada sedikit perbedaan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini karena musim hujan jauh lebih panjang dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Terbukti, meskipun seharusnya Jawa Timur sudah memasuki musim kemarau, tetapi toh buktinya masih terjadi hujan di wilayah Banyuwangi. Dengan intensitas yang cukup deras.
Pun demikian, pihak BMKG Juanda yang menyatakan jika kondisi ini masih tergolong normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Karena masih tergolong normal.
Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto di Sidoarjo beberapa waktu lalu mengatakan, ada beberapa daerah di Jawa Timur yang masih belum tuntas masuk ke musim kemarau.
Daerah-daerah itu terutama untuk Jawa Timur bagian selatan. Salah satunya seperti di wilayah Lumajang bagian selatan dan juga sebagian wilayah di Banyuwangi.
Wilayah itu, menurut BMKG merupakan daerah yang terakhir masuk musim kemarau di wilayah Jatim. Sedangkan puluhan kabupaten kota lainnya di Jatim sudah masuk dalam fase musim kemarau.
"Jawa Timur seharusnya sudah masuk dalam musim kemarau," katanya.
Prediksi itu memang beralasan karena saat ini dilaporkan beberapa wilayah Jatim sudah masuk musim kemarau. Bahkan, beberapa wilayah seperti di Magetan dan juga Ngawi, dimana banyak di antara lahan pertanian milik masyarakat yang kekurangan air.
Pada saat lebaran tahun ini pun, BMKG Juanda juga sudah mengeluarkan peringatan dini terkait dengan potensi terjadinya hujan, meskipun sudah memasuki musim kemarau.
Data yang diberikan menyatakan jika kondisi cuaca secara umum berawan dimana potensi hujan ringan dapat terjadi di sebagian wilayah Perairan utara Jatim, Perairan Kangean dan Perairan selatan Jatim.
Potensi hujan sedang-lebat dapat terjadi di Laut Jawa, Perairan Masalembu serta Perairan Bawean.
Potensi kekeringan
Peringatan dini terkait dengan potensi kekeringan di Jawa Timur Timur ini memang sudah dikeluarkan oleh BMKG Juanda sejak beberapa pekan yang lalu.
Melalui saluran yang ada seperti grup whatsapp dan juga media sosial lainnya, BMKG berusaha untuk menginformasikan kepada masyarakat terkait prediksi kekeringan yang bakal terjadi di sejumlah wilayah Jatim tersebut.
Dari catatan BMKG, lebih dari separuh wilayah di Jawa Timur berpotensi terjadi kekeringan, pada saat puncak musim kemarau yang diprediksikan bakal terjadi pada pertengahan Agustus mendatang.
Untuk daerah yang berpotensi mengalami kekeringan yaitu daerah Ngawi, Magetan, Ponorogo, Madiun, Nganjuk, sebagian Trenggalek.
Kemudian juga ada di sebagian Tulungagung, sebagian Kediri, sebagian Blitar, sebagian Malang, sebagian Lumajang, sebagian Jember, sebagian Banyuwangi, sebagian Bondowoso, sebagian Situbondo, sebagian Probolinggo, sebagian Pasuruan, sebagian Jombang, sebagian Mojokerto, sebagian Sidoarjo, sebagian Gresik, sebagian Surabaya, Sebagian kecil Lamongan, sebagian kecil Bojonegoro, Sampang, sebagian Pamekasan, dan sebagian Sumenep.
Daerah-daerah tersebut sudah tidak hujan sampai dalam perioede ini dan diprakirakan curah hujannya bersifat bawah normal.
Oleh karena itu, pihak BMKG akan terus koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang lain, salah satunya adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah di masing-masing kabupaten kota untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan tersebut.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana mengatakan pihaknya saat ini masih menyiagakan sejumlah kendaraan truk tangki untuk membantu masyarakat yang mengalami kekeringan di wilayahnya.
Ia mengatakan, truk tangki yang disiagakan itu sekitar 5 unit dan akan bekerja menuju ke daerah yang berpotensi mengalami kekeringan supaya pasokan air kepada masyarakat masih bisa terlayani dengan cepat.
"Saat ini masih siaga," katanya.
Di Pasuruan memang lebih dari lima kecamatan yang berpotensi terjadi kekeringan setiap tahunnya. Namun demikian, bantuan dari pihak lain seperti tanggung jawab sosial perusahaan sangat dibutuhkan jika terjadi kekeringan seperti sekarang ini.
Hal ini berdampak pada ribuan keluarga yang mendiami kecamatan tersebut, sehingga diperlukan langkah antisipasi yang komprehensif supaya penanganan saat kekeringan terjadi bisa dilakukan dengan cepat.
Pihaknya juga terus melakukan pendataan sebagai bentuk antisipasi terjadinya potensi kekeringan yang bakal terjadi di wilayah itu.
"Antisipasi terus dilakukan termasuk berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di wilayah setempat," katanya.
Bahaya kebakaran
Saat musim kemarau memang bisa dikaitkan dengan bencana lainnya yang kerap terjadi, salah satunya bahaya kebakaran.
Di Kabupaten Sidoarjo saja, dalam dua pekan terakhir tercatat lima kali terjadi peristiwa kebakaran. Entah itu disebabkan oleh kesalahan manusia atau juga disebabkan oleh lainnya. Yang jelas, saat musim kemarau potensi terjadinya peristiwa kebakaran cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan.
Memasuki awal musim kemarau seperti sekarang ini, belum terjadi laporan terjadi kebakaran hutan dengan jumlah banyak dan cakupan luas.
Akan tetapi, fenomena tahunan yang ada di Jawa Timur ada potensi bisa terjadi. Semoga bisa diantisipasi dengan baik oleh pemangku kepentingan yang bertugas mengatasi masalah itu.
Saat ini, berbagai antisipasi dan juga kesiapan sudah sepatutnya dilaksanakan, mengingat instrumen yang mengarah ke potensi kekeringan disusul dengan bahaya kebakaran di Jawa Timur sudah ada di depan mata.
Tinggal bagaimana masyarakat lebih waspada dan berhati-hati, termasuk juga saling berkoordinasi dengan pihak pemangku kepentingan jika melihat sedikit saja permasalahan di lapangan.
Di wilayah Kabupaten Sidoarjo pihak BPBD juga telah memetakan berapa wilayah yang berpotensi terjadinya kebakaran, terutama perusahaan dan juga pergudangan yang ada di wilayah setempat.
Hal itu karena beberapa waktu yang lalu juga terjadi kebakaran gudang penyimpanan oli di wilayah Tambak Sumur, Waru Sidoarjo.
Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran itu, terapi kerugian material diperkirakan puluhan rupiah. Pihak dinas Pemadam Kebakaran juga harus berjibaku melakukan pemadaman karena material yang ada di dalam gudang sangat mudah terbakar.
Semoga tahun ini, Jawa Timur dan Indonesia bisa selamat dan bebas dari potensi bencana alam di musim kemarau. Semoga. (ant)