Hujan, Harga Cabai di Probolinggo Naik Tiga Kali Lipat
Puncak musim hujan mendongkrak harga cabai naik di pasar tradisional di Kota Probolinggo naik hingga tiga kali lipat. Kenaikan sekitar 300 persen itu dipicu tanaman cabai rawan rusak (busuk buah) saat musim hujan.
Kenaikan harga cabai ini terjadi sejak sekitar dua pekan lalu. Harga cabai rawit yang sebelumnya Rp20.000 per kilogram (Kg) naik menjadi Rp58.000.
Cabai kecil hijau yang dua pekan lalu Rp12.000 naik menjadi Rp45.000 per Kg. Sedangkan cabai besar merah naik dua kali lipat, dari Rp20.000 menjadi Rp40.000 per Kg.
“Sudah biasa saat puncak musim hujan, harga cabai berbagai jenis mulai, cabai rawit hingga cabai besar selalu naik drastis. Soalnya tanaman cabai itu rentan rusak jika diguyur hujan,” ujar Yono, petani cabai di Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Rabu, 8 Desember 2021.
Karena banyak tanaman cabai yang rusak tentu hasil panennya menurun drastis. Minimnya pasokan membuat, harga bumbu masak itu melambung hingga tiga kali lipat.
Kenaikan harga cabai rawit dan cabai besar itu dibenarkan Su’eb, pedagang sayur mayur dan bumbu-bumbuan di Pasar Baru, Kota Probolinggo. “Karena harga kulak cabai rawit dan cabai besar naik, tentu saja harga jual kepada konsumen juga ikut naik,” ujarnya.
Sisi lain, kata Su’eb, sejumlah pedagang sengaja kulak cabai dalam jumlah sedikit. “Soalnya cabai rawan busuk saat musim hujan, ya kami kulak sekadar bisa habis dijual dalam sehari-dua hari,” katanya.
Seperti diketahui, cabai segar hanya tahan disimpan 2-3 hari. Agar cabai bisa awet bisa disiasati dengan cara dijemur.
Di musim hujan, harga cabai rawit kering pun ikut melambung tinggi. “Harga cabai rawit kering justru lebih mahal, sekitar Rp65.000 per kilogram. Soalnya untuk mendapatkan sekilogram cabai kering dibutuhkan sekitar tiga kilogram segar,” kata Su’eb.
Kholifah, juga pedagang sayur mayur dan bumbu-bumbuan membenarkan, harga cabai rawit dan cabai besar melambung hingga 300 persen dibandingkan dua pekan lalu. “Khawatir tidak laku kemudian membusuk, saya hanya kulak secukupnya, yang penting dijual habis dalam sehari-dua hari,” katanya.
Melambungnya harga cabai ini diprediksi akan terus bertahan selama musim hujan. “Barulah nanti di awal musim kemarau, harga cabai akan menurun,” ujarnya.
Yang jelas selama bulan Desember yang menjadi puncak musim hujan, harga cabai akan tetap “bertengger” di atas (mahal). “Apalagi di akhir tahun, bersamaan dengan Hari Natal dan Tahun Baru (Nataru), bisa saja harga cabai kembali naik,” tambahnya.
Sebenarnya tidak hanya cabai yang harganya meroket. Buah tomat yang sebelumnya Rp2.000 juga naik 300 persen menjadi Rp6.000 per Kg.
Meski harga cabai melambung, Mila, ibu rumah tangga di Jalan Letjen Sutoyo, Kota Probolinggo mengaku, tetap membelinya.
“Keluarga kami doyan sambal pedas, semahal apa pun cabai rawit ya tetap beli,” ujarnya.