Hubungan Dagang Indonesia - Palestina - Israel?
oleh: As'ad Said Ali
Menjelang buka puasa saya mendapat kiriman, tamer (kurma) Mejoul Palestina. Bentuknya lebih besar dari Mejoul Amerika, rasa juga tidak kalah. Enak. Dikirim teman lama, jelas terasa lebih nikmat. Ingatan saya menerawang ke Palestina, hampir semua kota pernah saya kunjungi dan substansi konflik keduanya juga menjadi bagian ingatan saya.
Indonesia memberi dukungan politik secara konsisten terhadap perjuangan rakyat Palestina. Indonesia juga pernah mencoba menengahinya pada era Presiden Soeharto via saluran khusus, tetapi belum berhasil karena momennya belum tepat. Munculnya isu terorisme menjadikan masalah Palestina terpinggirkan.
Menurut saya, dukungan politik saja tidak cukup. Hubungan dagang dan turisme dengan Palestina perlu dipikirkan. Sebab dari sektor itulah rakyat Palestina memperoleh keuntungan ekonomi langsung. Setelah mendapat dukungan dari berbagai NGO Internasional, Palestina baru bisa ekspor kurma ke Indonesia. Dan seandainya Indonesia bisa mengimport kurma lebih banyak lagi dan mengirim 100 ribu turis jelas akan mempengaruhi ekonomi Palestina. Banyak kaum Muslim dan Nasrani yang akan berziarah ke petilasan para Nabi.
Hubungan ekonomi Indonesia dengan Palestina, jika terwujud akan membuka mata rakyat Palestina dan rakyat Israel tentang pentingnya perdamaian. Kehadiran Indonesia di bidang ekonomi haruslah dilihat sebagai indikasi jaminan keamanan dari dunia Islam terhadap keamanan dan eksistensi Israel mengingat Indonesia merupakan negara Muslim terbesar.
Pada sisi lain, Palestina juga memperoleh manfaat ekonomi dan pengalaman mewujudkan persatuan dan memperoleh haknya sebagai bangsa merdeka sesuai pengakuan internasional. Salah satunya adalah prinsip Dasa Sila Bandung “ Ko existensi Damai”.
Melihat konstelasi politik di Timur Tengah, sulit mengharap salah satu negara kawasan itu siap menjadi mediator, karena sibuk dengan persoalan regional dan nasional masing masing. Kalau Indonesia hadir sebagai penengah, dunia internasional saya kira akan mendukung dan juga akan mendapat apresiasi ditengah stagnasi.
Peningkatan hubungan dagang dan turisme antara Indonesia dengan Tepi Barat Sungai Yordan yang dihuni secara bersama Arab Palestina dan Yahudi akan bisa menjadi pintu masuk sebagai mediator perdamaian yang mungkin akan menjadi faktor mendapat apresiasi dunia.
Wallahu a’lam. (Renungan Setelah Tarawih)
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat Sosial Politik, wakil ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2010-2015. Tinggal di Jakarta.
Advertisement