HPN Cari Solusi Kembangkan Bisnis Jagung di Jatim
Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Jawa Timur menggelar temu bisnis komoditas jagung, yakni mengenai potensi dan prospeknya, yang digelar di Primebiz Hotel, Surabaya, Sabtu 10 November 2018.
Dalam sambutannya, ketua HPN Jatim, Arif Afandi mengatakan, agenda ini diharapkan bisa menjadi tempat diskusi, serta mengembangkan potensi bisnis di sektor komoditas jagung di Jawa Timur.
"Acara ini bisa memberikan solusi untuk berbisnis, sehingga bisa terus berkembang dan meningkatkan potensi jagung di Jawa Timur," kata Arif Afandi saat memberikan sambutan.
Arif juga meminta setelah forum ini, diskusi terus berkelanjutan. Sehingga dapat menyelesaikan banyak masalah dari hulu hingga hilir.
"Kita akan terus mencari solusi supaya jagung ini terus berkembang, misalnya saja hulu ini mengenai bibit, hingga hilir nantinya bagaimana pupuknya yang bagus," ujar dia.
Sementara itu, perwakilan dari PT Seger Agro Nusantara, Nurulhaqi Asri menyampaikan, bahwa perkembangan jagung di Jawa Timur sangat berpotensi besar bersaing dengan jagung dari Amerika Serikat (AS) dan Brasil.
"Sebetulnya jagung kita ini lebih bagus jika dibandingkan dengan jagung dari Amerika dan Brasil, karena mereka lebih pucat akibat terlalu lama menyimpan," kata Nur Haqi sapaan akrabnya.
Sayangnya, yang menjadi permasalahan saat ini harga jagung lokal terlalu mahal. Maka itulah, untuk ekspor jagung ke negara lain seperti Malaysia dan Filipina terlalu sulit.
"Jadi bagaimana kami bisa mengekspor, sebab jagung di Indonesia lebih baik, karena kadar gizinya lebih baik. Namun harga kita tidak bisa bersaing. Sebaliknya mereka (Brasil dan AS) punya stok lebih banyak, dan gudang mereka lebih besar," lanjutnya.
Untuk mengatasi hal ini, Nurulhaqi mengajak pesantren di Jatim turut mengembangkan bisnis jagung. Seperti melakukan pembibitan dan menjadi tender jagung.
"Jika kita punya jagung banyak, maka harga tawar jagung sendiri lebih besar. Oleh sebab itu, bila ingin impor kita harus punya banyak, supaya harga tawar ke negara lain semakin tinggi," ucapnya.
Selain itu, dari hasil temu bisnis ini menemukan beberapa poin yang harus dilakukan oleh pebisnis jagung di Jawa Timur, yakni harus adanya pembangunan silo jagung.
Dengan adanya silo dapat menyimpan jagung lebih aman, serta pengganti gudang yang dianggap dapat menurunkan kualitas jagung.
Berdasarkan data BPS, produksi jagung nasional sejak 2015 hingga 2018 mengalami kenaikan. Pada 2015, produksi jagung sebesar 19,6 juta ton, 2016 naik menjadi 23,6 juta ton, dan pada 2017 kembali naik menjadi 27,9 juta ton. (hrs)