Hotel Purnama Tuban Tutup, Mantan Karyawan Tuntut Pesangon
Hotel Purnama Tuban tutup sejak 1 November 2022. Penutupan hotel legendaris di Kabupaten Tuban itu ternyata masih menyisakan masalah. Sebanyak 25 karyawan yang sudah bekerja puluhan tahun belum menerima pesangon dari pemilik hotel. Nilainya pun cukup fantastis, keseluruhan pesangon karyawan itu hampir satu miliar rupiah.
Terkait permasalahan itu, Persatuan Karyawan Hotel Purnama Tuban melakukan aksi damai di depan pintu masuk hotel, Senin 6 Februari 2023. Aksi damai dilakukan untuk menuntut hak pesangon mereka yang belum dibayarkan.
Pengamatan Ngopibareng.id, sejumlah mantan karyawan hotel purnama tersebut datang dengan membentangkan sejumlah poster bertuliskan "Hotel Dijual Untuk Bayar Pesangon Karyawan".
"Kita fokus hari ini aksi damai, semoga permasalahan ini segera ada solusi karena masalah ini sudah cukup lama. Sebenarnya solusi cuma satu hotel segera terjual dan pemiliknya ikhlas, sehingga semua permasalahan terutama pesangon karyawan diselesaikan," terang Koordinator Persatuan Karyawan Hotel Purnama, Dwi Febriyanto.
Dwi menuturkan, sejumlah 25 orang baik itu karyawan tetap maupun harian belum menerima pesangon. Sedangkan untuk gaji, semua sudah diselesaikan melalui pelelangan barang di dalam hotel.
"Alasan pemilik hotel tidak membayar pesangon karyawan dikarenakan pemilik hotel dalam kondisi miskin dan tidak punya apa-apa," bebernya.
Dia menyebutkan, untuk nilai pesangon dari masing-masing para karyawan berbeda-beda, tergantung dengan masa kerja. Sebab, beberapa karyawan di antaranya ada yang sudah bekerja selama 43 tahun.
"Per orang pesangonnya berbeda-beda karena masa kerja, ada yang Rp60 juta lebih per orang. Tapi kalau jumlah semuanya hampir Rp1 miliar," jelas Dwi.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil dari perundingan bipartit antara Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerin), pemilik hotel dan karyawan disepakati hotel ditutup pada 1 November 2022, serta disepakati penyelesaian pesangon di notaris.
"Tapi sampai hari ini di notaris kita kesannya seperti ngemis-ngemis, kita tanya saling lempar-lemparan," pungkas Dwi.
Advertisement