Hook Mike Tyson untuk Anak Politisi PDIP Indah Kurnia
Oleh: Djono W. Oesman
'Gaya Mike Tyson' muncul di Jakarta. Pemobil Justin Raymond, 24 tahun, dihajar Faisal Marasabessy, 30 tahun, di jalan tol Tebet. Videonya viral. Lalu, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, menyatakan, silakan pelaku diproses hukum.
------------
'Gaya Mike Tyson' sebenarnya sangat sering terjadi di jalanan Indonesia. Kasus itu heboh, sebab pelaku naik mobil Nissan X-Trail, B 4166 RFH (kode mobil pejabat).
Pelaku adalah anak Ketua Pejuang Bravo 5 (LSM) Ali Banser Marabessy. Sedangkan Fachrul Razi Ketum Pemuda Bravo 5. "Betul, (pelaku, Faisal Marasabessy) anak dari Ketua Bravo 5, Ali Fanser Marasabessy. Sudah diperoses polisi," kata Fachrul kepada pers, Minggu 5 Juni 2022.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes E Zulpan kepada pers, Minggu, 5 Juni 2022 mengatakan, polisi sudah menerima laporan dilengkapi bukti video. Dua pelaku sudah ditangkap. "Dua pelaku kami tahan untuk penyidikan," katanya.
Kombes Zulpan menjelaskan kronologi, begini: Sabtu, 4 Juni 2022 pukul 12.40 di jalan tol Gatot Subroto, Jakarta. Persisnya di dekat pintu tol Tebet mengarah ke Cawang.
Awalnya mobil Justin melintas dari daerah Jakarta Timur masuk jalan tol. Mendadak, dari arah kiri muncul mobil pelaku bernomor B-1146 RFH, memotong laju mobil Justin.
Pun, Justin tidak mau mengalah. Tidak memberi jalan. Sedangkan mobil pelaku, Faisal, tetap berusaha masuk, memepet dari kiri. Saling tidak mau mengalah.
Akhirnya dua mobil serempetan. Bergesekan.
Pengemudi mobil pelat RFH, Faisal, lalu turun dari mobil. Menghampiri mobil Justin yang berhenti. Faisal marah keras. Justin turun dari mobil.
Terekam di video, Faisal langsung memukul Justin. Pukulan bertubi-tubi dan cepat. Pukulan hook secepat Mike Tyson.
Dari gaya pukulan, kelihatan Faisal terlatih berkelahi. Justin kelihatan tidak melawan. Sama sekali. Atau mungkin tidak sempat melawan, karena pukul beruntun sangat cepat.
Tubuh Justin jatuh membentur beton jalan tol. Ia bangkit, langsung dihajar lagi dengan cepat. Ada belasan pukulan dan satu tendangan lutut mendarat di wajah dan dada Justin. Kejadian ini divideokan oleh pengguna jalan.
Selesai menghajar Justin, Faisal berjalan dengan gagahnya. MSambil menunjuk-nu enjauhi Justin. Kemudian balik, hendak memukul Justin lagi. Tapi diurungkan, karena muncul banyak mobil di sekitar TKP.
Selama proses pemukulan terjadi, ada seorang pria penumpang mobil pelat RFH, yang menonton, sambil menunjuk-tunjuk Justin.
Pria tersebut, diakui Fachrul Razi sebagai Ketua Pemuda Bravo 5, Ali Fanser Marasabessy. "Betul, yang bersangkutan Ali Fanser. Biar diproses polisi," ujar Fachrul ke pers.
Jadi, ada dua pria terkait LSM Pemuda Bravo 5 naik mobil pelat RFH.
Korban Justin, ternyata anak Anggota DPR RI, Indah Kurniawati. Indah Kurniawati adalah anggota DPR RI dari F-PDIP di Komisi XI DPR RI.
"Benar," kata Indah Kurniawati dikonfirmasi pers, Minggu, 5 Juni 2022. "Saya sedih melihat videonya. Orang bisa brutal begitu."
Kombes Zulpan: "Sudah diproses. Terlapor FM sudah tersangka. Sedangkan pria satunya, AF, sebagai saksi, karena tidak ikut memukul."
Sebaliknya, Ali Fanser Marasabessy, menyatakan hal sebaliknya. Ia katakan, Justin memukul Faisal lebih dulu. Ini diungkapkan Sekjen DPP Pejuang Bravo 5, Ahmad Zazali kepada pers, Minggu 5 Juni 2022.
"Saat ini kami sedang dalam proses membuat laporan balik di Polda Metro Jaya," ujar Zazali.
Versi Ahmad Zazali, awalnya Justin Frederick mengacungkan jari tengah saat mobilnya didahului oleh Ali Fanser Marasabessy. Ali lantas mengehentikan mobil Justin.
Ahmad Zazili: "JF dengan nada tinggi, marah serta menantang, lalu memukul AFM terlebih dahulu. Melihat AFM diperlakukan demikian FM rekan semobil AFM spontan membela sehingga terjadi perkelahian."
Dilanjut: "Bahwa menurut AFM, perkelahian tersebut terjadi secara spontan tanpa motif. Karena antara AFM dan JF tidak saling kenal sebelumnya."
Kini perkara sedang diproses penyidik Polda Metro Jaya. Kasus begini bisa ratusan per hari di Indonesia. Terutama di kota-kota besar yang lalu lintasnya selalu macet. Bahkan, terjadi di semua kota besar dunia.
Psikoanalis, Dr Allan N. Schwartz, pakar psikologi dari Yeshiva University di New York City, AS, buka praktik di New York. Banyak pasiennya yang stress, bahkan depresi akibat kemacetan lalu lintas.
Dr Schwartz menulis di Mental Help, pusat pelaporan psikologi AS, menceritakan pengalamannya, baru-baru ini. Seorang pria usia 35 masuk ke tempat praktiknya dalam kondisi tubuh lunglai. Walaupun fisiknya sehat.
Dipaparkan: “Pasien pria itu tiba di kantor untuk psikoterapi. Ia tampak gelisah dan ketika saya bertanya kepadanya apa yang terjadi, ia melaporkan kejadian berikut:"
Pria (sebut saja A) bermobil sendirian, keluar dari komplek rumahnya di pinggiran New York. Ia berangkat ngantor.
Dari arah rumah A menuju kantor, harus melewati jalan sulit. Bukan jalan sempit. Jalannya besar. Tapi, di suatu pertigaan ia haru belok kiri sedikit, lalu harus banting ke kanan untuk masuk jalan raya.
Setiap hari ngantor, A selalu direpotkan di jalan tersebut. Nah, hari itu, kejadiannya begini:
A tiba di 'titik sulit" itu, melihat ada sebuah mobil dari arah samping kirinya. Tapi A memperkirakan, ia masih keburu untuk masuk, lalu menikung ke kanan. Maka, ia lakukan. Aman. Tidak ada masalah.
Tapi, setelah A tiba di jalur kanan, sebuah mobil di belakangnya menggencet klakson bertubi-tubi. Klakson di Amerika dilarang digunakan, jika tidak benar-benar perlu.
Menanggapi klakson bertalu-talu itu, A menepikan mobilnya. Lantas berhenti. Ternyata mobil di belakangnya ikut menepi, berhenti di belakang mobil A. Pengemudi mobil belakang, pria membuka kaca mobil, mengacungkan jari tengah (tanda memaki).
A termenung di mobilnya. Ia memegang handel pintu, hendak keluar. Tapi, kemudian ia batalkan. Ia tetap di dalam mobil. Selama sekitar lima menit, dua pemobil saling diam.
Lantas, mobil belakang berangkat lagi. Kali ini membuka kaca samping kiri, agar bisa melihat wajah A. Mobil itu lalu mendahului A, sambil memaki-maki A.
Sejenak, A berniat mengejarnya. Tapi kemudian dibatalkan juga. Akhirnya A stress, mendatangi psikoanalis Dr Schwartz.
Menurut Schwartz, tindak A sudah benar. Seumpama ia keluar mobil, hampir pasti terjadi perkelahian. Dan, di Amerika perkelahian lazim menggunakan pistol. "Tapi, A membayarnya dengan stress," tulis Schwartz.
Dalam Bahasa Jawa, 'mangkel agawe mrengkel'. Atau jengkel, menimbulkan rasa nyesek di dada. Akhirnya stress.
Dr Schwartz menyarankan, semua orang tirulah A. Demi menghindari bahaya. Sebab, harga stress lebih murah dibanding tindak kekersan. Sedangkan, tindak kekerasan bisa ke pembunuhan. Dan, pembunuhan (di Amerika) bakal berakhir di kursi listrik (hukuman mati). Maka, ia anjurkan:
"Pertama, setiap orang harus berkonsentrasi pada mengemudi mereka sendiri. Bukan pada orang lain. Selain itu, semua orang harus menyadari bahwa apa pun yang terjadi di jalan, itu bukan urusan pribadi. Melainkan dampak kondisi kemacetan lalu lintas."
Tips Dr Schwartz ada dua:
1.) Apakah benar-benar layak untuk keluar dari mobil, atau melakukan tindakan berbahaya lainnya?
2.) Renungkan, apa kira-kira konsekuensi seandainya mengambil tindakan di situasi begitu?
Artinya, orang tidak boleh menyerah pada dorongan emosi mereka. Dalam kondisi apa pun. Meski sebelumnya orang itu sudah diliputi stress oleh masalah lain.
Uniknya, di New York, tempat kelahiran dan masa kanak-kanak Mike Tyson, pun orang bertindak seperti A. Sedangkan di Indonesia, malah orang bertindak seperti Mike Tyson.
Berarti warga kita lebih Mike Tyson daripada Mike Tyson. (*)