Honor Guru Ngaji di Kampung Kecil, Tetap Semangat Tak Pernah Sambat
Puluhan santri sedang belajar Iqro' di sebuah Mushola kawasan kampung padat penduduk wilayah Jakarta Barat. Para santri itu duduk di lantai menunggu giliran untuk menerima Pelajaran dari ustadzah Nikmatul Musofah.
Ustadzah Nikmatul Musofah adalah guru ngaji lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tambak Beras Jombang. Ia sudah lebih dari 20 tahun menjadi guru ngaji di Mushola Assalam, Kampung Rawa Timur, Kebun Jeruk Jakarta Barat.
Para santri menyimak buku Iqro' sesuai dengan halaman yang akan dipelajari. Ada yang sudah sampai Iqro' 6, Iqro' 4, Iqra' 5 dan ada yang baru sampai Iqro' 2 halaman 7. Mereka mengikuti bacaan yang diajarkan oleh gurunya itu dengan suara keras. Santri lain menunggu giliran sambil tiduran di lantai tanpa alas.
Setiap hari terdapat 40 hingga 60 santri kampung di Mushola belajar membaca Alquran menggunakan metode Iqro'. Yakni salah satu metode yang mudah dan cepat.
Suara santri yang sedang mengaji ama ramainya dengan santri yang bercanda dan berlarian sambil mengganggu temannya. Mereka ini rata-rata berumur antara empat sampai 12 tahun.
"Saya sudah sering meminta anak anak supaya diam, tertib, tidak mengganggu temannya yang ngaji. Tetapi hanya manut sebentar, kemudian ribut lagi," ujar guru ngaji yang biiasa dipanggil Bu Ninik itu.
Meskipun sering dibuat pusing oleh santrinya, Bu Ninik tetap sabar dan berempati karena masih mau ngaji.
Kewalahan Hadapi Santri
Untuk mengajar di Assalam, Bu Ninik dibantu Ibu Uswa dan putrinya Reza." Anak saya mondok di Jombang, sekarang sedang libur, saya minta bantu ngajar," kata Bu Ninik
Santri di Mushola Assalam khusus belajar Iqro'. Sedang untuk hafalan juz amma, dilakukan di rumah Bu Ninik sekitar 200 meter dari Assalam.
Santri yang sedang belajar Iqro' sengaja dipisahkan dengan kelas menghafal juz Amma, supaya bisa konsentrasi. "Santri sebanyak itu gurunya hanya dua, saya dan Bu Uswa, sebenarnya kewalahan dan anak anak tidak bisa belajar secara maksimal, tapi bagaimana lagi," ujarnya.
Dulu ada yang bantu ngajar, tiba tiba mundur, setelah mengetahui guru ngaji di Assalam sifatnya sukarela. Berbeda dengan guru les bahasa Inggris atau matematika, hitung hitunganya jelas. "Kalau guru ngaji, Insya Allah hitunganya nanti di akherat," katanya.
Ketika diajak bicara soal honor yang diterima guru ngaji, Bu Ninik malu malu dan mencoba menghindar. Alasannya tidak elok guru ngaji minta bayaran, meskipun guru ngaji juga butuh makan.
Honor yang diterima oleh guru ngaji di kampung kampung umumnya kecil, bahkan ada yang hanya menerima ucapan terima kasih dari orang tua santri. "Apalagi kalau dibandingkan dengan honor guru les bahasa Inggris atau matematika.
Honor Kecil
Guru ngaji mengajar setiap sore mulai pukul 15.00 WIB hingga menjelang magrib, atau magrib sampai isak, tergantung jumlah santri yang datang. Honor yang diterima setiap bulan kurang dari Rp 350 ribu. Honor itu sumbangan yang dikumpulkan secara sukarela dari sebagian orang tua santri.
"Honor yang doterima guru les bahasa Ingris dan matematika mencapai jutan rupiah" ujar Bu Ninik tanpa berniat membanding mbandingkan. Sebab guru ngaji sudah menjadi pilihan hidupnya.
"Honor guru ngaji di Jakarta Rp350 ribu, apalagi guru ngaji di desa desa, tambah ngenes," ujar perempuan kelahiran Jombang sambil tertawa
Meskipun honornya kecil, tetap semangat, belum pernah ada guru ngaji yang demo menuntut kenaikan honor. "Itulah kelebihan guru ngaji, Allah yang mencukupkan," ujarnya.
Makin banyak santri bagi guru ngaji semakin senang, ada kepuasan tersendiri. Meskipun honornya tidak sebanding dengan jerih payahnya. "Kalau tidak ada yang mau menjadi guru ngaji, karena honornya kecil terus siapa yang mengajari anak anak membaca Alquran," tanya Bu Ninik.
Selama ini santrinya belajar membaca Alquran menggunakan metode Iqro'. Ada keinginan untuk beralih ke metode qiroati. Tapi presedurnya tidak mudah harus mengikuti pelatihan sampai mendapatkan sertifikat. Diakui anak anak yang belajar qiroati, bacaannya bagus dan benar, karena ilmu tajwidnya juga dikuasai, tidak sekadar bisa membaca Alquran.
Metode Qiroati
Soal honor guru ngaji salah seorang guru Qiroati Masyhuri menyampaikan bahwa status guru ngaji dan guru les bahasa Inggris maupun matemika, merupakan dua kutup yang berbeda.
Kalau guru ngaji jalurnya akherat, tidak bisa dinilai dengan uang. Sedang guru les bahasa Inggris dan matematika erat kaitannya untuk kepentingan duniawi dan bisnis. Karena itu honornya tidak perlu dibanding - bandingkan.
"Meskipun guru ngaji itu bekerja karena ibadah kepada Allah, tetapi jerih payah mereka harus dihargai, mengingat mereka juga punya keluarga," kata Masyhuri.
Tentang metode qiroati, Masyhuri mengatakan cara memahami bacaan di dalam Alquran lebih dalam. Sebab itu belajarnya harus sungguh-sungguh tidak boleh asal bisa baca. Tajwudnya harus dikuasi dengan benar, sehingga tahu panjang pendeknya dan di mana dia harus mengatur pernafasan.
Secara garis besar, ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf yang ada di dalam kitab suci Al-Quran.
Oleh sebab itu setiap guru qiroati harus melalui pelatihan sampai memperoleh sertifikat, tidak bisa langsung mengajar. "Kegiatan mereka tetap di pantau oleh koordinator di wilayah masaing," ujar Masyhuri."
Di Jabodetabek terdapat sekitar 2.500 guru qiroati, 500 di antara berada di Jakarta.
Advertisement