Hobi Basket, Erick Thohir Tak Bisa Lepas dari Sepakbola
Erick Thohir berhasil meraih jabatan sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke-9 di Indonesia. Pria kelahiran 30 Mei 1970 ini dinilai memiliki bakat di bidang usaha mengingat banyak sekali perusahaan yang dimilikinya. Perusahaan milik Erick Thohir masih berjaya sampai saat ini adalah Mahaka Group.
Mahaka Group merupakan induk perusahaan dari perusahaan di bidang media dan entertainment. Di bidang penyiaran, Mahaka Group ini memiliki PT Mahaka Radio Integra Tbk. Di bidang pertelevisian ada Jak TV. Selain itu, ada Mahaka Advertising, Harian Republika, Golf Digest dll.
Selain jago bermain di dunia usaha, Erick Thohir juga jago dalam berolahraga. gemar bermain basket. Ia sampai menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) pada periode 2006-2010. Selain itu, ia masih menjabat Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) dari 2006 sampai saat ini.
Pada 2012, Erick Thohir menjadi Komanda Kontingen Indonesia untuk Olimpiade di London. Tidak tanggung-tanggung ia pun pernah menjadi ketua penyelenggara perhelatan olahraga terbesar di Asia, yaitu Asian Games 2018 yang diadakan di Jakarta-Palembang.
Agresif di Kancah Sepak Bola
Selain olahraga basket, Erick Thohir agresif di kancah sepak bola. Ia melakukan pembelian saham sebuah klub bola di Inggris, Oxford United. Klub sepak bola itu berbasis di Oxford, Oxfordshire. Klub tersebut saat ini bermain di Football League Two, dan pertama kali bergabung dengan Football League pada 1963.
Erick Thohir membeli saham milik pengusaha asal Thailand Sumrith Thanakarnjanasuth melalui konsorsium yang dibangun bersama Anindya Bakrie, putra politikus Golkar Aburizal Bakrie. Mereka menguasai 51 persen saham kepemilikan mayoritas klub sepak bola yang berusia 126 tahun.
Berita yang dirilis media di Inggris, seperti oxfordmail.co.uk dan telegraph.co.uk, Jumat 19 Maret 2021, dalam seminggu ke depan konsorsium Indonesia itu akan menuntaskan transaksi pembelian saham, sekaligus mengajukan rencana bisnis untuk mendapat persetujuan dari English Football League.
Lepas Inter Milan
Sebelumnya, Erick Thohir sempat membeli 35 persen saham Inter Milan senilai Rp5,3 triliun pada Oktober 2013 silam. Namun, pemilik klub sepakbola DC United ini menjual seluruh sahamnya di Inter Milan, tepatnya pada 25 Januari 2019. Saham Erick Thohir dilepas ke penyedia dana asal Hong Kong, LionRock Capital. Hal ini sekaligus mengakhiri kerja sama Thohir dan Inter Milan yang telah terjalin 5,5 tahun.
Sebelumnya, Erick Thohir sudah menjual saham mayoritasnya ke Suning Holdings Group, pada 2016. Momen inilah yang menandai pemindahan jabatan Presiden Inter Milan ke pengusaha asal China, Steven Zhang.
Meski telah melepas sahamnya di Inter Milan, ternyata Erick Thohir mengumpulkan pundi-pundi uang yang tak sedikit. Dikutip dari media Italia, Il Sole 24 Ore, pemilik klub basket NBA's Philadelphia 76ers ini mengantongi keuntungan 150 juta euro atau sekitar Rp2,4 triliun. Selama kepemimpinan Erick Thohir di Inter Milan, ia mendapat bunga 15 juta euro.
Tanam Saham di Klub Liga 2 Persis Solo
Erick Thohir kini merombak manajemen klub sepak bola Persis Solo. Ia mengakuisisi 20 persen saham klub berjuluk Laskar Samber Nyawa itu. Ia lantas menempatkan putranya, Mahendra Agakhan Thohir atau akrab disapa Aga sebagai komisaris Persis Solo.
Klub yang pada tahun 2023 akan berusia 1 abad itu kedatangan manajemen baru yang digawangi darah muda dari kalangan milenial yang didukung sejumlah tokoh yang memiliki pengalaman dan kepedulian tinggi untuk membenahi manajerial klub, sekaligus membawa prestasi ke tingkat yang lebih tinggi. Pada posisi Direktur Utama PT Persis Solo Saestu (PT PSS) duduk Kaesang Pangarep yang menguasai 40 persen saham Persis Solo.
Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT PSS di Hotel Atila, Solo, Sabtu 20 Maret 2021. Ketetapan tersebut merupakan implikasi dari perubahan komposisi kepemilikan saham PT PSS.
Erick Thohir menyebut, dirinya kembali agresif di kancah sepak bola, karena kangen bola. “Sebetulnya apa yang saya lakukan di Persis Solo dengan Oxford, tidak jauh berbeda. Memperbaiki manajemen, melakukan regenerasi, membuat keduanya lebih baik. Bukan hal yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin,” ungkap dia.