Hoaks! Warga harus Keluar dari Mamuju
Beredar informasi melalui pesan berantai mengenai arahan untuk meninggalkan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Sebab, masih dari pesan berantai itu, ada potensi gempa dengan kekuatan lebih besar disertai tsunami dan likuefaksi, seperti di Palu beberapa waktu lalu.
Menanggapi kabar viral itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat tidak panik. Meski demikian, warga Majene dan Mamuju diimbau mewaspadai gempa susulan dan potensi tsunami.
"Saya mohon masyarakat terutama di Mamuju dan sekitarnya tidak perlu panik dan jangan terpancing oleh isu, apalagi ada yang mengatakan kekuatannya bisa 8,2, ada lagi yang mengatakan harus keluar dari Mamuju. Tidak pernah BMKG menyatakan hal seperti itu, salah sama sekali," ujar Dwikorita di Posko Induk Satgas Bencana Gempa Sulbar di Mamuju, Minggu 17 Januari 2021.
Kewaspadaan, lanjut Dwikorita sangat penting mengingat bangunan-bangunan yang mudah runtuh berisiko saat nantinya bilamana ada gempa susulan.
"Yang kami imbau adalah jauhilah bangunan-bangunan yang mudah runtuh, cari tempat yang aman jauh dari runtuhan bangunan, jauh dari lereng yang rawan longsor atau lereng gunung dan cukup jauh dari pantai," tanda Dwikorita.
"Perlu mewaspadai adanya gempa susulan, tetapi tidak akan sampai sebesar 8,2, kurang-lebih sebesar kemarin (6,2), itu yang paling besar, tetapi akan lebih banyak yang lebih rendah dari kemarin. Itu saja semoga tidak menambah kecemasan. Tidak perlu keluar Mamuju karena kami pun sekarang ada di sini, kalau keluar aku sudah lari duluan," imbuhnya.
Senada, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, masyarakat jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
"Informasi yang dikeluarkan BMKG hanya imbauan masyarakat menjauhi bangunan yang sudah roboh. Tidak pernah BMKG menyatakan hal seperti itu. Yang kami imbau adalah jauhilah bangunan-bangunan yang sudah runtuh," tegasnya.