Hoaks, Sayonara The Jakarta Post
The Jakarta Post adalah sebuah harian berbahasa Inggris di Indonesia. Di usianya ke-37 tahun, The Jakarta Post diterpa kabar miring. Beredar kabar viral "Sayonara The Jakarta Post", pada Rabu 27 Mei 2020.
Sebuah surat internal atas nama Evi Mariani selaku Managing Editor The Jakarta Post, viral di media sosial. Isinya perihal kondisi keuangan The Jakarta Post di tengah pandemi corona atau Covid-19. Krisis inilah yang membuat The Jakarta Post dengan berat hati menghentikan kerja para kontributor dan tenaga kontrak.
"Dear koresponden dan kontributor yang baik. Keadaan keuangan The Jakarta Post sedang buruk sehingga board of directors memutuskan mulai 1 Juni (2020) tak ada lagi dana untuk kontributor, koresponden yang menerima retainer dan stringer.
Pimpinan redaksi diberi tahu hari Jumat tanggal 22 Mei (2020) dan managing editors diberi tahu pas hari Lebaran. Jadi memang kabar buruk ini datang mendadak dan saya sendiri merasa ini seperti hantaman keras.
Saya mewakili redaksi meminta maaf sedalam-dalamnya atas kesusahan ini. Tentu keadaan ini terpaksa. Musibah ini pastinya tidak menghapuskan penghargaan kamiĀ atas kerja keras kita semua, terutama teman-teman yang telah bersama Jakpost (The Jakarta Post) selama puluhan tahun. Karena meski keadaan keuangan memburuk, sebenarnya pembaca kita meningkat, dan selama Covid-19 justru meningkat cukup tajam. Jakpost juga menerima banyak pujian dari pembaca, termasuk orang-orang penting karena telah menyajikan good journalism terutama di tengah krisis ini," beber Evi Mariani.
Menanggapi kabar tersebut, Nezar Patria selaku Editor in Chief The Jakarta Post membeberkan bahwa surat internal kantornya sudah diubah oleh oknum, dan beredar luas di media sosial.
Menurutnya, The Jakarta Post masih akan tetap terbit. Selain menerbitkan edisi cetak, surat kabar yang terbit pertama kali pada 25 April 1983 ini sedang melakukan transformasi ke digital.
The Jakarta Post mengalami pertumbuhan di platform digital yang sangat menjanjikan, dengan pembaca yang bertambah drastis secara global, dan juga nasional selama tiga tahun terakhir.
"Kami sedang merancang suatu bisnis model yang tepat sesuai tantangan baru teknologi dan pasar saat ini. Ini bukanlah akhir dari The Jakarta Post. Transformasi terus berjalan dan kami terus memperbaiki berbagai segi baik konten maupun bisnis agar dapat menjawab tantangan media hari ini," ungkap Nezar.
Selama pandemi corona, kata Nezar, semua sekotor industri terdampak. Begitu pun industri media juga mengalami masalah yang sama. Oleh karena itu, The Jakarta Post dengan berat hati terpaksa melakukan efisiensi.
"Salah satunya menekan biaya operasional, yang mengakibatkan sejumlah tenaga kontrak di newsroom dan juga kontributor terbaik kami di sejumlah daerah terpaksa harus berhenti," jelas Nezar.
Di akhir klarifikasinya, Nezar mengucapkan terima kasih untuk para pembaca setia The Jakarta Post. "Kami berterimakasih atas dukungan para pembaca yang setia. Berkat partisipasi Anda kami dapat terus hadir memperkaya jagad informasi dengan jurnalisme bermutu," tutur dia.
Advertisement