Hoaks Jogja dan Solo Tutup Karena Covid, Viral
Pesan hoaks tentang Jogjakarta dan Solo menjadi zona merah merata, tersebar di media sosial. Pesan tersebut menyatakan wilayah Jogja dan Solo kewalahan menghadapi peningkatan jumlah infeksi Covid-19, dan meminta agar perjalanan ke dua wilayah tersebut ditunda.
“Solo dan Jogja tutup. Bapak, Ibu, ini imbauan dari teman Satgas Covid-19 UGM. Kalau ada saudara yang ma uke Jogja, diingatkan untuk ditunda dulu,” tulis pesan yang dibaca Ngopibareng.id, dari sebuh grup Whatsapp, pada Jumat 11 Desember 2020.
Pesan itu juga menyebutkan telah kehabisan sarana fasilitas karantina akibat lonjakan warga yang dirawat. Bahkan asrama mahasiswa Universitas Gadjah Mada di lantai tiga, dijadikan tempat isolasi baru dan sudah penuh.
Tulisan yang menyebut Tim Satgas Covid-19 sebagai sumber informasi itu, juga menyatakan akan menyiapkan apartemen UGM sebagai tempat isolasi cadangan. “Jogja merah merata, kecuali sebagian Gunung Kidul dan Kulon Progo,” kata pesan tersebut.
Hal serupa juga disampaikan di wilayah Solo. Sejumlah tempat seperti Asrama Haji Donohudan dan Benteng Vastenberg difungsikan sebagai fasilitas karantina pasien Covid-19.
Bahkan ditulis pula jika pemudik yang pulang ke Solo diminta untuk karantina selama 15 hari, serta ASN dan PNS diminta untuk tidak keluar Kota Solo atau melakukan mudik.
Namun, pesan tersebut dibantah oleh Humas UGM. Akun Instagram milik Humas DIY yang bercentang biru, menyampaikan klarifikasi dari Humas UGM, Iva Ariani. “Itu sebenarnya berita sudah keluar minggu lalu, dan sudah kami klarifikasi kalau itu bukan pernyataan dari satgas UGM. Berkaitan dengan asrama UGM yang penuh, lalu UGM buka asrama lagi dan lain sebagainya itu, tidak benar,” kata Iva dalam status Instagram yang diunggah 2 jam lalu, ketika berita ditulis.
Ia melanjutkan, terkait asrama UGM di Baciro, memang saat ini digunakan untuk shelter karantina pasien Covid-19. Namun kapasitas hunian di asrama itu belum penuh.
Menurut data terakhir yang diterimanya, asrama Baciro memang masih menampung para pasien yang OTG, dengan tingkat keterisian maksimal 30 persen dari total daya tampung.
Status tersebut sedikitkanya telah disukai hampir 2 ribu kali, sejak diunggah. Anehnya, warganet banyak yang sepakat agar Jogja menutup arus wisatawan lebih dulu, meski pesan itu ternyata hoaks.
Warganet khawatir lantaran lonjakan kasus terus terjadi sementara wisawatan banyak tak patuh pada protokol kesehatan. “Baru kali ini saya justru mendukung pesan hoaks. Niat baik yang buat hoaks karena langkah preventive dari pemerintah kurang tegas,” tulis akun @hoogen** merespon unggahan tersebut.