Hingga Petang Ini, Narapidana Teroris Masih Sandera Satu Polisi
Hingga petang hari ini, polisi masih belum bisa mengendalikan sepenuhnya situasi di Markas Komando (Mako) Brimob di Kelapa Dua, Depok Jakarta. Pasalnya, masih ada satu anggota polisi yang masih disandera oleh narapidana teroris.
"Seorang polisi masih disandera narapidana teroris di dalam ruangan dan dilakukan upaya negosiasi,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi M Iqbal, di Jakarta, Rabu.
Meski masih ada satu petugas polisi yang disandera oleh narapidana teroris, tapi Iqbal mengklaim jika situasi di Rumah Tahanan Markas Komando Brimob di Kelapa Dua dalam kondisi kondusif dan terkendali. Polisi sudah memblokir tahanan di blok di mana bentrokan itu terjadi, agar tidak menyebar ke blok lain.
Dia menjelaskan kronologis bentrokan berawal ketika beberapa narapidana teroris yang menghuni sejumlah blok terlibat keributan dengan anggota Polri dipicu soal makanan.
"Masalah itu adalan standar operasional prosedur kepolisian memeriksa makanan tahanan yang masuk ke setiap rutan," ujar Iqbal. Makanan yang dikonsumsi penghuni Rumah Tahanan Markas Komando Brimob di Kelapa Dua harus "steril" dan tidak mengandung bahan terlarang.
Kemudian terjadi keributan disertai penyanderaan terhadap enam petugas Polri dan narapidana teroris itu diduga berusaha merebut senjata api. Akibatnya, lima anggota Densus 88 meninggal dunia. Selain itu, ada satu anggota Densus 88 berinisial Brigadir IS yang masih disandera oleh napi terorisme tersebut.
Kelima anggota Densus 88 itu yakni Iptu Luar Biasa Anumerta Yudi Rospuji Siswanto, Aipda Luar Biasa Anumerta Denny Setiadi, Brigpol Luar Biasa Anumerta Fandy Setyo Nugroho, Briptu Luar Biasa Anumerta Syukron Fadhli, dan Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas.
Selain anggota Densus 88, terdapat satu orang napi terorisme yang tewas, yakni Beni Samsu Trisno alias Abu Ibrohim. (ant)
Advertisement