Hindari Permusuhan meski Beda Pilihan, Ini Imbauan PBNU
Menyambut terselenggaranya Pemilihan Umum, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau kepada setiap warga bangsa untuk menyambut pesta demokrasi 17 April 2019. Sebagai salah satu organisasi Islam tertua di Tanah Air, PBNU menghendaki pemilu yang damai.
"Pemilu adalah ‘pesta’ demokrasi yang selayaknya dirayakan dengan damai dan tetap menjaga semangat persaudaraan bukan permusuhan," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, di Jakarta, Senin 15 April 2019.
Sejak Musyawarah Nasional Nahdlatul Ulama di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 17 November 1997, pihaknya telah mendukung pemilu. Pemilihan dalam negara demokrasi seperti Indonesia dianggap sebagai manifestasi prinsip syura di dalam Islam yang sah dan mengikat.
"Jika merasa keberatan terhadap hasil pemilu, maka menggunakan prosedur dan mekanisme konstitusional yang tersedia, sebagaimana ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku," ujar Kiai Said.
Atas dasar itu, PBNU meminta seluruh masyarakat berpartisipasi dan tak termasuk dalam golongan putih (golput). Pasalnya, pemilu yang jujur dan adil adalah jalan mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional.
Kiai Said tak lupa mengimbau jajaran penyelenggara pemilu untuk menjamin penyelenggaraan pemilu seadil-adilnya, sejujur-jujurnya. Hal ini untuk menjamin perwujudan demokrasi Indonesia yang bermartabat.
"Tindak dan jangan pernah berkompromi dengan politik uang yang terbukti merusak demokrasi dan menimbulkan cacat legitimasi," kata Kiai Said, didampingi Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini dan sejumlah pengurus lainnya.
Untuk para kontestan, Kiai Said mendorong agar mereka bahu membahu menciptakan suasana politik yang damai. Hal tersebut menjadi tanggung jawab mereka, terlepas dari tugas TNI dan Polri untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban.
Artinya, kontestan diminta tak menggunakan provokasi, ujaran kebencian, berita hoaks maupun hal lain yang bisa mencederai semangat pemilu. Mereka juga diminta siap menang atau kalah dalam menerima hasil pemilu.
"Jika merasa keberatan terhadap hasil pemilu, maka menggunakan prosedur dan mekanisme konstitusional yang tersedia, sebagaimana ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku," ujar Kiai Said.
Kiai Said menilai imbauan ini penting disampaikan. Pasalnya, ini adalah pemilu serentak pertama kali di Indonesia dengan dampaknya masif. Selain mempertegas demokrasi yang maju dan beradab di Tanah Air, keberhasilan pemilu juga membentuk persepsi dunia atas Indonesia.
Hal ini menyangkut bagaimana dunia memandang Indonesia sebagai negara mayoritas muslim mampu menyelengarakan pemilu secara serentak. Di samping itu, Indonesia juga bakal menjadi tolok ukur dalam menyandingkan Islam dan demokrasi dalam satu tarikan napas.
"Pemilu berbartabat adalah cerminan bangsa yang berbudaya, beradab. Mari kita wujudkan bersama," tutur Pengasuh Pesantren di Jakarta ini. (adi)
Advertisement