Hindari KIPI Serius dengan Cara Jujur Kepada Vaksinator
Sejak dilangsungkannya program vaksinasi nasional COVID-19, upaya kehati-hatian selalu dilakukan pemerintah untuk memastikan keamanan dan khasiat seluruh vaksin yang akan digunakan. Adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius karena diduga terkait vaksin AstraZeneca baru-baru ini menyita perhatian publik. Namun, atas kejadian tersebut, Komisi Nasional KIPI menyebut tak ada hubungannya antara kejadian tak diinginkan tersebut dengan vaksinasi AstraZeneca.
Ellen Sianipar, Ketua Komisi Daerah (Komda) KIPI Provinsi DKI Jakarta, menyebut jika sebenarnya vaksin AstraZeneca sudah digunakan di DKI Jakarta sejak akhir Maret 2021. Awalnya, vaksin ini diperuntukkan bagi TNI-Polri. Sedangkan untuk masyarakat umum, memang baru digunakan pada Mei 2021.
Ellen menerangkan bahwa Komda KIPI akan melakukan investigasi setiap ditemukan adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Artinya, Komda KIPI DKI telah mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, termasuk rekam medis kesehatan pasien jika sampai dirawat. Kemudian data ini dibahas dan kaji bersama. Setiap pelaporan akan segera kita tindaklanjuti.
“Untuk pelaporan KIPI yang serius, kita dalam 1-2 hari prosesnya langsung kita lakukan,” kata Ellen.
Ellen bersyukur karena hingga saat ini, masyarakat di Jakarta masih percaya untuk menerima vaksinasi AstraZeneca. Apalagi di DKI Jakarta juga telah ditunjang oleh fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang memadai dan dapat bergerak cepat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.
Terkait dengan lansia, pelaksana vaksinasi berusaha memberikan rambu-rambu dan memperketat proses skrining dalam mengidentifikasi riwayat kesehatan mereka sebelum menerima vaksinasi. Jika di lapangan ditemukan keadaan yang mencurigakan terkait dengan kondisi kesehatan lansia tersebut, akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis penyakit dalam untuk kemudian menentukan apakah lansia yang bersangkutan layak divaksinasi atau tidak.
Ellen juga menyebut bahwa untuk gejala dan efek samping dari vaksin AstraZeneca hingga saat ini tidak ada yang ekstrem. Hampir sama dengan yang lain sebenarnya, seperti demam atau menggigil, tapi kemudian akan hilang dengan sendirinya dalam 1-2 hari.
“KIPI serius yang ditemukan tidak banyak, kurang dari 1 persen. Kecil sekali sebetulnya dibandingkan dengan yang menerima vaksin,” katanya.
Dia juga mengakui bahwa memang benar ada ditemukan KIPI yang serius. Namun setelah dikaji lebih jauh, banyak yang bersifat kebetulan. Jadi tidak berhubungan dengan vaksin, tetapi oleh karena penyakit lain yang memang sudah diderita sebelumnya. Ada reaksi anafilaktik yang terjadi yang memang betul berhubungan dengan vaksinasi. Namun dapat cepat tertangani karena biasanya terjadi dalam waktu observasi 30 menit setelah divaksinasi,” Ellen menjelaskan.
Menurut dia, hal ini dapat terjadi karena memang ada beberapa pasien yang tidak terbuka sepenuhnya tentang kondisi kesehatan mereka saat dilakukan skrining sebelum divaksinasi. Dikarenakan banyak di antara masyarakat yang terlalu bersemangat untuk menerima vaksinasi, sehingga tidak mau sampai ditolak untuk divaksinasi karena kondisi kesehatannya kurang layak.
Diharapkan, masyarakat lebih terbuka atau lebih jujur dalam menyampaikan kondisi kesehatan. Jika ragu memiliki komorbid atau tidak, sebaiknya diperiksa atau kontrol terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui apakah boleh menerima vaksinasi atau tidak.
Ellen juga mengimbau warga untuk tidak memilih-milih vaksin. “Pokoknya, apapun vaksin yang tersedia di depan kita, itu yang kita terima, sama saja. AstraZeneca sudah banyak dipakai di seluruh dunia. KIPI-nya juga kecil, tidak banyak, tapi, itu memang dibesar-besarkan oleh orang sehingga membuat ragu. Harapan saya, masyarakat tidak usah ragu untuk divaksinasi,” pesan Ellen.