Hindari Kerumunan, Kampanye Lewat Webinar Menjadi Pilihan
Kampanye pemilihan Walikota Surabaya yang dilaksanakan dalam suasana pandemi, membuat tim kampanye dari masing-masing calon walikota berpikir kreatif. Satu sisi mereka ingin kampanye dengan merangkul banyak warga. Namun, sisi lain mereka tak ingin melanggar protokol kesehatan saat berkampanye. Apalagi jika sampai masuk menjadi laporan pelanggaran. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menyiapkan sanksi tegas.
“Apabila kelak pemimpin yang bersangkutan terpilih menjadi walikota , tapi pada saat kampanye terbukti melanggar protokol kesehatan. Maka, yang bersangkutan pelantikannya akan ditunda selama enam bulan sebagai sanksinya,” kata Machfudz Direktur Kampanye Pasangan Calon Walikota Surabaya Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno.
Kata Machfudz, sebenarnya meski tak ada aturan ini pun, sebagai calon pemimpin yang baik harusnya sudah mempunyai kesadaran tak ingin menyengsarakan rakyat dengan menularkan Covid-19. Tak hanya memikirkan jabatan semata.
Oleh karena itu, dalam kampanyenya, calon Walikota Machfud Arifin dan Mujiaman Sukirno sangat ketat dalam menjalankan protokol kesehatan. Mereka membatasi massa kampanye yang boleh hadir hanya sebanyak 50 orang saja.
“Sisanya, kami memanfaatkan webinar yang biasanya diikuti oleh ribuan orang,” ujarnya.
Kata Machfudz, meski media sosial sudah menjadi menjadi bagian hidup dari warga, namun untuk kampanye calon walikota masih tetap dibutuhkan pertemuan tatap muka dengan warga. Menurut dia, akan menjadi kebanggan buat warga jika disambangi oleh calon pemimpinnya sekaligus keluhannya di dengarkan.
“Selain itu, calon pemimpin juga harus mengetahui kondisi riil warga di lapangan seperti apa,” katanya.
Dalam kampanye, ‘tradisi’ untuk membagi-bagikan bingkisan kepada warga ternyata juga masih dilakukan meski dalam kondisi pandemi. Bedanya, sekarang pembagian bingkisan pun diatur rapi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yaitu menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.
“Kalau ada bagi-bagi bingkisan, kita atur pakai absen dan antre yang berjarak. Tapi saya mengamati warga Surabaya sudah mempunyai kesadaran dalam menjalankan protokol kesehatan,” ujarnya.