Hilangnya Kemiskinan di Depan Mata
Siapa yang harus memikirkan ini: Kongres Partai Komunis Tiongkok ke 19 yang ditutup tanggal 19 Oktober lalu membuat beberapa keputusan fenomenal. Bagi saya putusan yang mengagetkan adalah ini: tahun 2021 nanti tidak boleh lagi ada orang miskin di Tiongkok.
Tahun 2021 itu sudah begitu dekat. Sudah di depan mata. Mungkinkah keputusan itu bisa dicapai dalam waktu begitu singkat? Bukankah 30 tahun lalu Tiongkok masih lebih miskin dari Indonesia? Bukankah 30 tahun lalu jumlah orang miskin di Tiongkok masih 800 juta orang
Politikus di seluruh dunia hanya memperhatikan aspek politik dari kongres itu. Yakni bahwa Presiden Xi Jinping begitu kuat posisi politiknya. Begitu menonjol kepemimpinannya. Sudah disejajarkan dengan Mao Zedong dan Deng Xiaoping. Tapi saya lebih tertarik pada aspek pengatasan kemiskinannya itu. Bagaimana sebuah negara miskin dengan penduduk saat itu lebih 1 miliar bisa mengatasi kemiskinan yang begitu akut.
Saya pun yang begitu dekat mengamati perkembangan Tiongkok sejak 30 tahun lalu berkeyakinan target tahun 2021 tersebut akan tercapai. Penurunan angka kemiskinan di Tiongkok begitu konsisten. Dari 800 juta orang miskin di tahun 1980an turun menjadi 600 juta dalam waktu 10 tahun. Sepuluh tahun berikutnya turun sebanyak 200 juta. Lalu berkurang lagi 300 juta dalam 10 tahun ketiga.
Kini jumlah orang miskin di Tiongkok tinggal 60 juta orang. Dikatakan 'tinggal' karena angka 60 juta tersebut hanya kurang dari 5 persen dari seluruh penduduk Tiongkok yang 1,3 miliar.
Terlalu banyak faktor yang harus disebutkan sebagai kunci sukses mengatasi kemiskinan itu. Sosial, politik, ekonomi makro, ekonomi mikro, teknologi, pendidikan ... semua seperti mengarah ke satu arah: untuk mencapai kemajuan.
Di berbagai forum keagamaan, saya sering mengemukakan hasil kongres partai komunis Tiongkok itu. Baik di forum NU, Muhammadiyah, di kampus-kampus dan di depan forum besar pendeta Kristen di Institut Injil Indonesia Batu. Keputusan kongres partai komunis Tiongkok tersebut merupakan tantangan nyata bagi tokoh-tokoh agama. Agama apa pun. Bahwa negara yang tidak bertuhan, yang dulunya amat miskin mampu mengatasi kemiskinan yang begitu masifnya.
Saya tertarik pada kesimpulan para pendeta Kristen di Batu bulan lalu: ini faktor kepemimpinan. Saya hanya menambahkan: kepemimpinan di segala bidang.
Advertisement