Tukang Pijat Jombang Ciptakan Sepeda Kayu
Terdengar suara mesin dari jarak 10 meter. Berbaju dan bercelana hitam, Slamet berhati-hati menggunakan gerindanya. Pria berusia 54 tahun itu menghaluskan rangka sepeda kayu di depan gubuk bambu alias gedhek.
Gubuk itu berada di Dusun Semanding, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Bangunan reot yang hampir ambruk itu sehari-hari dipakai Slamet membuat sepeda kayu. Tampak sebuah sepeda kayu siap pakai. Di sampingnya dua rangka sepeda yang sudah dipelitur dan satu yang sedang dihaluskan.
“Yang ini buat mainan saja. Kalau dua ini bermotif ular dan macan, sudah ada yang pesan. Yang paling depan itu sepeda untuk uji coba. Rangka sepeda itu cocok model federal agar kuat," kata Slamet sambil menunjuk ke arah sepeda kepada Ngopibareng.id pada Senin, 7 September 2020.
Sepeda kayu buatan pria yang akrab disapa Slamet Jepaplok ini dari kayu yang dibeli ke temannya. Jenis kayunya dipilih kayu jati dan ulin lantaran kekokohannya. Kayu dipotong kemudian dibentuk seperti rangka sepeda. Kayu kemudian dipelitur dan dihaluskan hingga 7 kali lebih menggunakan amplas.
Kayu yang berbentuk kerangka lantas dirakit menggunakan paku, mur dan baut. Setelah itu, barulah dipasangkan roda dan aksesoris sepeda yang lain. Seperti rem, bel, dan lampu.
Uji Kelayakan Satu Bulan
Tak butuh waktu lama bagi bapak dua anak itu untuk menyelesaikan rangka sepeda. Dalam waktu 4 hari, Slamet bisa menghasilkan dua rangka kasar sepeda kayu. Namun, lantaran biaya produksi yang terbatas pria lulusan sekolah elektro itu tak mampu menyempurnakan sepeda. Masih dibutuhkan kucuran dana untuk membeli roda.
Sementara, kendati rangka sudah siap, dibutuhkan waktu satu bulan untuk uji kelayakan. Slamet betul-betul menjaga kualitas sepeda yang dijualnya.
“Sebelum saya lepas nanti harus diuji selama satu bulan. Saya memastikan kelayakan sepeda yang saya jual. Saya nggak mau jika pembeli kecewa. Sepeda kayu untuk pajangan dan dipakai sehari-hari itu berbeda," kata pria yang pernah bekerja sebagai petambak.
Slamet menyebut, sepeda kayu yang digunakan untuk bersepeda sehari-hari harus terjamin kekuatannya. Selain itu, sepeda harus dirawat setiap hari agar awet. Pria yang juga jago melukis itu menjamin sepeda buatannya mampu menahan maksimal beban 120 kilogram. Jika dirawat dengan baik, sepeda kayu bisa digunakan hingga 10 tahun.
Sepeda khusus sudah pernah diuji coba dengan menempuh jarak 5 kilometer lebih. Pada jarak tersebut empat kali mengalami kerusakan. Dari ketidaksempurnaan inilah pria berambut hitam itu berusaha untuk membuat sepeda kayu lebih sempurna.
"Pada saat ujicoba itu ada 4 kali rusak. Ada yang bannya copot. Mungkin karena rangka belum kuat. Lalu setirnya patah dua kali karena kelebihan muatan. Yang lebih sering itu ban masih oleng saat dinaiki. Saya akhirnya memperbaiki dan menyempurnakan kekurangannya," kata pria yang bekerja sebagai tukang pijat urat selama 10 tahun itu.
Terinspirasi dari Penggowes di Desa
Slamet memang tergolong orang yang kreatif. Sebelum membuat sepeda dari kayu ia pernah membuat miniatur truk mini. Sayangnya, karena tidak ada biaya, ia beralih membuat sepeda pancal. Ini terinspirasi sering melihat peseda berlalu lalang di depan gubuknya.
"Awalnya tertarik membuat miniatur truk, tapi kok mahal biayanya. Akhirnya, kepikiran untuk membuat sepeda dari kayu. Karena lihat banyak orang gowes di depan rumah. Sepeda saya kerjakan sendiri lewat gambaran di kepala saja," katanya.
Slamet membuat sepeda secara otodidak. Putra keempat dari enam bersaudara itu tidak memiliki latar belakang desain atau sekolah mekanik. Ia hanya memiliki jiwa seni yang mengalir dari ayahnya seorang pembuat wayang kulit.
Untuk harga, Slamet tak mematok tarif. Bahkan Slamet belum menentukan harga yang pas. Jika lancar, kemungkinan Slamet akan memasarkannya secara online atau wilayah sekitar Jombang.
“Ini masih belum selesai sepedanya, masih nunggu dana. Pemasaran dan lain-lain masih belum terpikir, tapi mungkin dijual online. Kemarin sempat dilirik orang Mojokerto," katanya.
Advertisement