Hilang Selera Humor Bangsa Ini Sering Berselisih, Ini Pesan Habib Anis Ba'asyin
Kudus: Habib Anis Sholeh Ba’asyin menyebutkan, saat ini bangsa Indonesia membutuhkan selera humor yang lebih besar. Karena tidak jarang selera humor bisa menghindarkan perselisihan.
“Sekarang ini orang sudah kehilangan selera humor. Makanya sering terjadi perselisihan,” ujar Habib Anis pada ngopibareng.id, Senin (23/10/2017).
Padahal, menurut penggagas Sampak GusUran tersebut, orang yang suka humor adalah orang bijak yang bisa melihat dari luar realitas. Dengan begitu maka orang yang penuh humor selalu menyadari jika tidak ada orang yang sempurna.
“Hal itu yang kemudian membuatnya tidak mudah marah apalagi sampai terjadi perselisihan. Karena sadar sama lemahnya sehingga perlu saling menguatkan,” ujarnya.
Habib Anis Sholeh menggelar diskusi Suluk Maleman, bertemakan Retak Cermin Dibelah Bangsa itu, Sabtu (21/10/2017). Pada kesempatan itu, Habib Anis mengingatkan, untuk tidak berbicara menang dan kalah dalam konteks dunia. Karena setiap mencari kemenangan dunia sudah dipastikan orang itu justru akan mengalami kekalahan. Namun jika yang dicari kemenangan akhirat dipastikan akan mendapatkan dunia dan akhirat.
“Pernah di suatu peperangan Imam Ali berhasil mengalahkan musuhnya. Namun saat hampir dieksekusi, Imam Ali diludahi oleh lawannya. Rupanya hal itu justru tidak membuat Imam Ali gelap mata dan membunuh musuh di peperangannya itu,” jelas Anis.
Imam Ali justru mengurungkan niatnya untuk membunuh. Saat ditanya alasannya, beliau menjelaskan bahwa beliau takut jika niatnya membunuh lawan itu justru terpengaruh emosi dan amarahnya.
Menurut Habib Anis langkah itu dilakukan lantaran Imam Ali berhitung memakai pertimbangan akhirat dan bukan pada nafsunya.
Sementara KH. Abdullah Umar Fayumi menyebut, karena sifat dualitas dunia, maka niscaya ia punya potensi untuk retak dan terbelah. Retak dan terbelah ini bisa menjadi positif, bisa juga dimanfaatkan oleh tujuan negatif.
Pola pemanfaatan retakan dan pembelahan untuk tujuan negatif ini tampak dalam pola Iblis, Fir’aun, Ya’juj Ma’juj dan Dajjal. Dengan mengenali pola-pola ini kita akan mampu membaca arah perkembangan zaman saat ini dan sekaligus menemukan solusi-solusinya.
Di sisi lain, Muhammad Qosim Alaydrus mengatakan bahwa di era sekarang ini manusia diharapkan selalu bercermin dan mencerminkan akhlak baik orang-orang alim. Dia pun mencontohkannya dengan karakter tokoh bangsa seperti Soekarno, Suharto dan Gus Dur.
“Bagaimana jika saat peralihan ke orde baru Bung Karno tidak legowo dan menyuruh simpatisannya untuk melawan balik? Demikian juga Suharto yang waktu itu masih kuat kekuasaannya? Bagaimana pula jika Gus Dur tidak legowo untuk mundur padahal saat itu sudah ada santri yang siap mati untuk membelanya?” terangnya.
Beruntung tokoh-tokoh itu menggunakan bangsa sebagai cerminnya. Mereka bersikap legowo untuk mundur sehingga tidak sampai terjadi perang saudara di negara ini.
“Sebagai warga Indonesia sudah sepatutnya melihat dengan ukuran bangsa bukan partai dan golongan. Karena jika hal itu sudah terjadi maka yang muncul hanyalah kepentingan pribadi bukan untuk kebaikan bangsa,” ujarnya.
Muhajir Arrosyid salah satu narasumber lain dalam Suluk Maleman bahkan menceritakan pengalaman dalam bercermin. Diakuinya saat masih aktif di teater pernah Muhajir tidak mandi beberapa hari. Hingga suatu ketika dirinya bercermin.
“Saat itu saya sampai kaget betapa buruknya wajah dan kondisi saya saat itu,” ujarnya dengan gaya bercanda.
Dari situ dia menyadari bahwa rasa kaget itu dikarenakan sudah lama tak bercermin. Atau tidak menyadari dengan kondisi dirinya sendiri. Padahal saat tidak mengenali dirinya maka yang ada biasanya justru rasa takut dan tentu membuatnya tidak bisa mengenali kekuatannya.
“Sifat cermin itu petunjuk. Dan itu ada di diri Nabi Muhammad. Maka dari itu umat manusia butuh cermin, cerminan, dan tentu bercermin,” ujarnya.
Diskusi itupun berjalan hangat. Ratusan hadirin dari berbagai kota seperti Kudus, Pati, Brebes antusias dalam mengikuti jalannya ngaji budaya tersebut. Iringan musik dari Sampak GusUran turut memeriahkan jalannya acara hingga usai. (adi/nuo)
Advertisement