Hilang Kunci di Rumah, Mencari Jawab di Ruang Terang
Pada suatu malam, Mullah Nasruddin mencari kuncinya di jalanan yang gelap. Teman-temanya bergabung dalam pencarian itu, dengan sia-sia.
Sampai akhirnya seseorang bertanya, "Menurutmu, kira-kira di mana kau kehilangan kunci itu? Aku bertanya agar kami dapat lebih fokus dalam pencarian kami."
Mereka sangat terkejut saat Mullah menjawab bahwa dia sebenarnya kehilangan kunci di dalam rumahnya.
"Lalu, kenapa mencarinya di sini?" tanya mereka dengan takjub.
"Sebab" sahut Mullah, "di sini terang sekali, sementara rumahku gelap gulita".
Renungan Kisah:
Dipetik dari karya Imam Jamal Rahman berjudul "Tiada Sufi tanpa Humor" (Jakarta: Serambi, 20215). Aslinya dari buku Sacred Laughter of the Sufis, Awekening the Soul with the Mulla’s Comic Teaching Stories & Other Islamic Wisdom.
Sejenak, mungkin akan terlintas di benak kita, betapa “konyol”nya Mullah mencari kuncinya yang hilang di tempat yang tidak sesuai dengan hilangnya kunci itu. Tapi, mari kita introspeksi diri kita, seberapa sering kita melakukan hal yang sama?
Terkadang, tatkala kita kehilangan kebahagiaan dan ketenangan pikiran karena kesulitan yang dihadapi dalam hubungan, pekerjaan, atau penghasilan, lalu kenapa kita seringkali mencari apa yang hilang dalam hal-hal di luar kita? Mengapa tidak mencarinya dalam hati kita sendiri?
Dengan inilah kita dapat merenungkan kisah Mullah tersebut dikaitkan dengan Firman Allah, bahwa “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d: 11).
Di sinilah sebenarnya sebagai salah satu cara bijak untuk sebuah perjalanan batin.