Hikmah Kesabaran Seorang Istri
Parto (bukan nama sebenarnya) adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta, ia menikah dengan Nana. Nana adalah gadis dari pinggiran kota, dari latar belakang keluarga yang cukup mampu. Setelah menikah mereka tinggal di kampung yang cukup padat penduduknya.
Nana membantu perekonomian keluarga dengan berdagang. Nana memang suka berkarya dari masih gadis, mulai ia buat kue dan es lilin, dagang sembako, sampai ia mempunyai usaha kecil-kecilan membuat kerajinan handicraft. Alhamdulillah, usahanya makin hari makin berkembang dan orderan mulai datang dari luar provinsi.
Dari hasil usahanya nana bisa menambah tenaga kerjanya dan menabung. Selain itu ia juga menyukai kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti ikut mengajar anak-anak mengaji di musala kampung.
Perjalanan usaha nana di bidang handicraft cukup membuahkan hasil. Karyawannya mencapai 35 orang, dan pelanggannya sudah mulai banyak, hingga ia banjir orderan.
Namun, kesukesan ini tidak seiring dengan kehidupan keluarganya.
Suatu hari seperti biasanya, Nana menunggu suaminya pulang kerja. Kali ini, ada yang berbeda. Sore itu suaminya tak kunjung datang. Nana gelisah, dan semakin gelisah ketika tidak ada kabar dari suami dan malam semakin larut.
Hingga, pada dini hari, ada seseorang mengetuk pintu rumahnya, dan ternyata itu “Parto” suami Nana. Di sambutnya si Parto dengan senyuman, meski sebenarnya perasaannya bercampur aduk antara sedih, kecewa, marah serta lega karena suaminya sudah datang.
Nana, seorang istri yang patuh dan taat pada suaminya, ia juga tidak pernah mempermasalahkan hal-hal kecil pada suaminya, meski sebenarnya itu membuatnya sedih dan ingin menyelesaikannya.
Ia tahu jika suaminya mudah marah dan tersinggung jika ditanya hal-hal yang membuatnya tidak berkenan, oleh karena itu Nana memilih banyak diam.
Keinginan besar Nana adalah selalu membuat suaminya tersenyum dan bahagia. Apapun ia lakukan asal suaminya bahagia. Kesetiaan Nana pada suaminya begitu besar, sampai kadangkala ia tidak berfikir untuk masa depan dirinya.
Suatu sore, suaminya pulang kerja, dan seperti biasa disambut ceria oleh Nana. Ketika Nana mendekati suaminya, suami mengatakan bahwa saat ini ia membutuhkan cukup uang untuk kepentingan keluarganya (si Adik).
Nana pun tidak bisa mengelaknya, meski dalam benaknya berpikir bahwa uang yang akan diberikannya adalah uang perputaran untuk usaha handicraftnya yang baru mulai berkembang.
Akhirnya Nana pun memberikannya pada parto (suaminya). Wajah Parto nampak senang dan diciumnya Nana. Melihat pancaran kebahagiaan suaminya, hati Nana terasa lega dan gembira.
Nana sosok wanita yang kuat, dan penuh semangat. Meski uang usahanya berkurang, ia tidak kunjung diam dan menyerah. Dengan modal seadanya ia meneruskan usahanya.
Namun karena banyaknya order, sedangkan ia tidak bisa mencukupinya karena butuh uang besar, maka beberapa pelanggan berpaling darinya. Beberapa karyawannya mulai keluar dan mencari kerja di tempat lain. Dan perlahan-lahan satu persatu karyawannya berkurang dan hanya tersisa lima orang.
Nah, ketika usahanya mulai kolaps, Parto tidak memberinya semangat dan dukungan. Beban itu ditanggungnya sendiri. Sikap Parto semakin hari semakin dingin dengan Nana. Nana terasa terombang ambing sendirian tanpa sandaran seseorang di sisinya. Di balik kesetiaan Nana, tidak disangka-sangka suaminya tega menyakitinya.
Sikap dingin suami yang semakin hari semakin terasa, membuat kecurigaan Nana. Teman-teman dekat Nana, yang sering menyampaikan pikiran negatif tentang suaminya mulai merasukinya.
Suatu hari ketika suaminya berangkat kerja, Nana bersama temannya ikut menyusul suaminya dikantor. Sesampai dikantor suami, Nana mencari tahu tentang sikap dan perbuatan suaminya selama dikantor. Ada seorang karyawan perempuan yang menyampaikan kalau Parto sering lembur dengan rekan kerja perempuannya yang berinisial “R”.
Mendengar kabar itu, hati Nana terasa teriris. Namun ia berusaha tenang dan mampu mengendalikan dirinya. Sesampai di rumah Nana mendekati suaminya dengan memberikan makanan kesukaan suaminya sembari tersenyum.
Secara perlahan Nana menanyakan kebenaran cerita yang didapatkan tersebut. Spontan suami marah dan malah mengancam akan menceraikannya kalau ia tetap terus berusaha ingin tahu di kantor.
Nana tidak patah semangat, ia tetap ingin mendapatkan jawaban dari bibir suaminya agar kebenaran masalahnya segera terselesaikan. Hari demi hari dilaluinya dengan sabar dan tanpa mengurangi rasa setianya dalam melayani suaminya.
Justru sebaliknya ia semakin perhatian dan sayang pada suaminya. Ia mencari simpati dan empati suaminya agar ia mau berterus terang, dan berharap tidak mengulangi kesalahannya.
Dan suatu malam Nana mendekati suaminya, lalu ia menatap wajah suaminya yang nampak lelah…dan pijitnya pundak suaminya. Dengan nada lirih, suaminya pun menyapanya dan mulai bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Akhirnya suaminya mengakui kesalahannya, dan meminta Nana untuk semakin perhatian ke dia, dan jangan menduakan dengan pekerjaannya. Suami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi, karena yang ia butuhkan adalah perhatian dari Nana. Dan mulai saat itu juga Nana mulai komunikatif dengan suami, dan lebih mendahulukan suami daripada lainnya.
Hal positif yang bisa diambil dari cerita kehidupan diatas adalah :
1. Dalam menyikapi suatu masalah tetap berusaha tenang dan berpikir jernih (tidak emosional).
2. Berpikir positif bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluar dan penyelesaiannya.
3. Ketika ada masalah tetap jalin komunikasi dan interaksi dengan baik, agar keadaan tidak makin buruk
4. Kesabaran, keikhlasan dan mau memaafkan mempermudah penyelesaian masalah.
5. Komitmen bersama dalam rumah tangga perlu dibicarakan dari awal sehingga dalam perjalanan rumah tangga tidak ada hal yang menjadikan masalah.
6. Pasangan dan keluarga membutuhkan perhatian, kasih sayang dan rasa dihargai.
7. Perlu adanya komunikasi dan keterbukaan antar pasangan, agar bisa saling mengerti dan memahami kebutuhan masing-masing.
8. Luangkan waktu bersama untuk meningkatkan kehangatan dan romantisme rumah tangga, seperti nonton bioskop berdua, jalan-jalan berdua, makan malam di sebuah restauran berdua dan lain-lain).
9. Mau mencoba hal-hal baru dan positif bersama pasangan untuk mengatasi kejenuhan.
10. Mau memperbaiki diri dan mengembangkan diri demi keharmonisan rumah tangga.