Hijrah Kok Fashion? Ini Jalan Meraih Ampunan dan Rezeki
Masyarakat kelas menengah kerap mengucapkan kata "hijrah" untuk sekadar berganti baju: dari tak berjilbab menjadi berjilbab. Itu terkadang menjadi bagian sehari-hari pada selebriti.
Benarkah demikian makna "hijrah" itu.
Untuk memahami hal itu, Ngopibareng.id menghadirkan penjelasan KH Husein Muhammad, ulama aktivis keserasian jender. Berikut uraian lenjutannya:
Al-Raghib al-Isfahani dalam Mufradat Alfazh Al-Quran menyatakan bahwa kata hajara berarti:
مفارقةالانسان غيره اما بالبدن او باللسان او بالقلب
mufaraqah al Insan ghairahu imma bi al badan aw bi al lisan aw bi al qalb
"meninggalkan orang lain baik secara fisik, ucapan atau hati".
Hal tersebut menunjukkan bahwa hijrah memiliki makna yang lebih luas dari sekedar perpindahan fisik. Al-Isfihani selanjutnya mengemukakan makna terminologis hijrah sebagaimana dipahami banyak orang dewasa ini. Hijrah adalah keluar dari rumah atau wilayah kafir (dar al kufr) menuju rumah atau wilayah iman (dar al iman) seperti hijrah dari Makkah ke Madinah.
Di sini tampak bahwa hijrah mengandung makna teologis, sebuah sikap meninggalkan keyakinan yang mengingkari Tuhan berikut missi-missi yang disampaikan-Nya menuju kepada sikap mempercayai Tuhan berikut seluruh missi-Nya. Pemaknaan ini diambil dari sejumlah ayat Al-Quran. Misalnya :
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizhalimi pasti Kami menyediakan untuk mereka tempat yang baik di dunia”.(Q.S. al Nahl,16: 41)
atau :
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjuang di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia" (Q.S.al Anfal 8:74).
Dalam banyak pandangan ayat-ayat tentang hijrah di atas dapat menunjuk pada makna-makna yang terkait dengan dimensi moralitas dan religiusitas. Mereka mengatakan bahwa hijrah berarti :
هجران الشهوة والاخلاق الذميمة والخطايا
“hujran al syahawat wa al akhlaq al dzamimah wa al khathaya
"meninggalkan hasrat-hasrat yang rendah, moralitas yang buruk dan kesalahan-kesalahan) menuju kepada kehidupan yang lebih religius dan bermoral mulia".
Demikianlah tampak jelas bahwa hijrah tidak dapat dimaknai secara sederhana sebagai sekedar perpindahan tempat, melainkan sebuah langkah yang mengandung dimensi-dimensi kehidupan yang lebih luas, mendasar dan lebih strategis. Bukan pada hal-hal yang sederhana dan partikularistik.
Sebagai seorang Nabi dan Rasul, missi utama yang harus dijalankannya adalah manusia yang diutus Tuhan untuk menyebarkan kasih sayang kepada semua manusia, bahkan juga kepada makhluk Tuhan yang lain, menyebarkan perdamaian dan penegakan keadilan
Dengan begitu langkah Nabi Saw untuk melakukan hijrah adalah dalam kerangka melanjutkan missi teologis, spiritual dan moral kemanusiaan di tempat dan audiens yang lebih menghargai nilai-nilai kemanusian yang luhur.
19.02.2020
HM