Hidupkan Etika Al-Hujurat bagi Umat Islam
Pentingnya memahami dalam konteks kehidupan bermasyarakat dari spirit Surat Al-Hujurat dari Al-Quran. Hal itu berulang kali disampaikan KH Ahmad Mustofa Bisri, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang.
Kali ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pun mengingatkan pentignya umat Islam untuk menghidupkan Etika Al-Hujurat. Karena, etika dan keadaban publik di Indonesia terdistorsi karena pertarungan politik yang keras sering, bahkan cenderung menyisakan masalah bagi masyarakat.
mengatakan, selain karena politik, nilai-nilai Islam kian terdistorsi seiring dengan hadirnya media sosial. Media Sosial telah membuat masyarakat kita bernafas pendek dan miopik sehingga masyarakat mudah terbelah.
Guna menghadirkan masyarakat yang bertika dalam kehidupan media sosial Haedar menawarkan untuk kembali menghidupkan nilai-nilai akhlak qur’ani.
“Kita perlu menghidupkan al-hujarat etics dalam membangun keadaban publik,” kata Haedar dalam Kajian Titik-Temu Edisi 52 Nurcholish Madjid Society, dikutip Senin 25 Januari 2021.
Dalam paparannya mengenai tema “Etika dan Keadaban Publik”, Haedar menyampaikan etika dan keadaban publik di Indonesia terdistorsi karena pertarungan politik yang keras sering, bahkan cenderung menyisakan masalah bagi masyarakat.
Ketika pesta pora politik telah selesai di kalangan elite, tetapi ada berbagai residu konflik yang terus direproduksi di tataran masyarakat. Hal ini membuat kehidupan sosial menjadi sumpek.
Akibatnya agama yang dibawa oleh kekuatan Islam arus utama moderat terhambat oleh konflik politik. “Ketika agenda keprajuritan jadi arus dalam masyarakat, maka agenda-agenda besar untuk membangun peradaban dan membangun keadaban publik menjadi terhambat, terdistorsi oleh agenda-agenda seperti ini,” paparnya.
Padahal lanjutnya, umat Islam punya peran menghadirkan etika agama dalam kehidupan publik yaitu sebagai agama rahmatan lil alamin, umat Islam juga membawa misi kerisalahan Nabi Muhammad untuk menyempurnakan akhlak.
Lebih rinci Haedar menjelaskan kehadiran Islam telah menjadi uswah atau etika agama dalam kehidupan publik. Misi Islam rahmatal lil alamin sangat erat bersinggungan dengan misi kerisalahan Nabi Muhammad SAW dalam menyempurnakan akhlak umatnya.
“Ketika Nabi membangun masyarkat Madinah Al-Munawarah, Nabi membangun akhlak yang tidak hanya terkait norma baik-buruk individu namun harus menjadi etika kehidupan publik,” paparnya.
Begitupun dengan Indonesia yang sering dikenal sebagai bangsa yang berbudaya luhur dengan banyak karakter masyarakat lokal ikut mewariskan matarantai bagus misalnya hidup sopan santun, guyup rukun, saling menolong, saling mengunjungi, dan hidup baik dengan tetangga.
Nilai-nilai inilah kata Haedar yang mestinya perlu dikedepankan dalam masyarakat dan mewarnai kehidupan publik.