Hidup Tanpa Orangtua, Berprestasi di Tengah Keterbatasan
Nama Lalu Muhammad Zohri mendadak banyak diperbincangkan. Atlet asal Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang ini baru saja mengikuti Asian Junior Athletic yang diselenggarakan di Finlanfia belum lama ini.
Zohri panggilan akrabnya, sukses meraih medali emas setelah berhasil menaklukkan pelari asal berbagai negara.
Meski begitu, kehidupan keluarga Zohri masih memprihatinkan. Dibutuhkan perhatian pemerintah guna membantu keluarga Zohri.
“Zohri kalau pulang tidur di rumah bedek peninggalan orang tua kami. Kami sudah usulkan bantuan program rumah kumuh dari pemerintah Lombok Utara, namun belum ada kabar sampai saat ini,” kata Ma’rif, kakak Lalu Muhammad Zohri kepada wartawan, kemarin.
Zohri kelahiran 1 Juli 2000, merupakan anak ketiga dari pasangan Saeriah dan Lalu Ahmad. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Semasa hidup, orang tua Zohri, Lalu Ahmad bekerja sebagai nelayan dan melakukan pekerjaan sampingan sebagai buruh tani untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Sedangkan ibunda Zohri, Saeriah meninggal saat Johri duduk di bangku SD. Ayahnya menyusul menghadap Sang Pencipta hampir setahun lalu.
Kala itu Zohri sedang di luar daerah melakukan persiapan menghadapi salah satu kejuaraan bergengsi. Namun terpaksa pulang untuk melihat orang tuanya terakhir kali.
“Semasa hidup, orang tua kami sangat mensupport Zohri untuk terus mengukir prestasinya. Alhamdulillah amanat itu dijalankan dan sekarang telah mengharumkan nama Indonesia. Kami sangat bersyukur,” ungkapnya.
Ia menceritakan, saat pertama kali ditawari mengikuti kejuaraan, Zohri sempat menolak. Beragam alasannya. Salah satunya persoalan biaya yang dikhawatirkan.
Namun dengan support orang tua yang mengharapkan Zohri tetap ikuti, akhirnya membangun semangatnya menerima tawaran itu.
Lalu Muhammad Zohri mengenyam pendidikan SDN 2 Pemenang Barat, dan melanjutkan di SMPN 1 Pemenang.
Belum tuntas menjalankan study di SMP itu, Zohri mendapat tawaran untuk ikut dalam kejuaraan. Ia dianggap berpotensi dan berhasil hingga beberapa kali menoreh prestasi.
“Dulu saat SMP, Zohri terbilang siswa yang malas. Beberapa kali dijemput ke rumah untuk bisa sekolah oleh gurunya, dan bahkan pernah tidak naik kelas satu kali,” kata sang kakak.
Dengan prestasi yang ditoreh Zohri saat ini, Ma’rif pun berpesan agar tetap mempertahankannya demi mengharumkan nama bangsa Indonesia.
Namun Zohri juga diingatkan tetap memperhatikan masa depannya. Tidak kalah penting. Ma’rif juga sangat berharap pemerintah memberikan perhatian atas prestasi adiknya.
Sebagai kakak, ia berharap Zohri tidak menikah dengan waktu yang cepat saat ini. Karena dinilainya perjalanan Zohri masih panjang untuk mengharumkan nama Indonesia.
“Saya sering komunikasi dengan Zohri, saling menanyakan kabar. Maeskipun dalam keadaan sibuk ia menyempatkan diri untuk menghubungi kelurganya di Lombok Utara. (ROHADI-LOMBOK UTARA)